Sukses

Jokowi Dicapreskan, Prabowo Kecewa

Yang lebih mengecewakan dari sikap Megawati, ungkap Prabowo, adalah putri Proklamator RI tersebut seperti menghindar.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh Taufiqurrohman, Tia Fitriyyah, Eko Huda Setyawan, dan Reza Kuncoro

Prabowo Subianto tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia tak bisa terima saat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu merujuk pada Perjanjian Batu Tulis pada 2009 yang diteken PDIP dan Gerindra. Dalam salah satu isinya, konon, PDIP akan mendukung Prabowo sebagai calon presiden 2014.

"Kalau Anda di pihak saya, kira-kira dan kalau Anda di pihak saya, Anda kecewa nggak? Gimana rasanya?" tanya balik Prabowo Subianto kepada wartawan yang menanyakannya soal pencapresan Jokowi oleh PDIP di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (16/3/2014).

Namun yang lebih mengecewakan dari sikap Megawati, ungkap Prabowo, adalah putri Proklamator RI tersebut seperti menghindar saat diminta berkomunikasi olehnya terkait hal ini.

"Saya sudah meminta dari beberapa bulan lalu. Tapi saya nggak ngerti apa salah saya? Karena saya selalu menghormati beliau (Mega), karena saya merasa tidak pernah berbuat salah apa-apa. Saya menjaga karena saya ingin untuk kebaikan bangsa dan negara Indonesia," tutur Prabowo.

Pada kesempatan yang sama, saat ditanyakan soal cawapres, Prabowo seperti menyindir. Prabowo mengatakan, ia membutuhkan pasangan yang selalu berpegang teguh pada janji atau ucapannya bisa dipertanggungjawabkan.

"Kejujuran akhlak, pemimpin yang selalu berpegang teguh pada janji, ucapannya bisa dipegang. Jangan bicara A tapi tidak dilaksanakan apa yang dibicarakan, berarti pemimpin itu tidak bisa dipercaya," kata Prabowo.

Apakah pernyataan Prabowo mengenai pemimpin ini ada kaitan dengan sosok Jokowi yang  menerima dicapreskan oleh PDIP meski sebelumnya berjanji memimpin Jakarta selama 5 tahun?

"Menurut Anda? Kira-kira bagaimana? Sebetulnya kalian sudah ngerti, mau nanya saja kalian ini," pungkasnya sambil bercanda.

Perjanjian Batu Tulis menjadi pangkal soal. Hanya sehari setelah Jokowi resmi dicapreskan, sebuah foto dokumen perjanjian antara PDIP dan Partai Gerindra  beredar. Dokumen itu berjudul 'Kesepakatan Bersama PDI Perjuangan dan Partai Gerindra dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia 2009-2014'.

Dalam dokumen yang beredar itu, penanda tangan dari PDIP adalah Megawati Soekarnoputri. Sementara dari Gerindra adalah Prabowo. Materai bernilai Rp 6.000 berada di atas nama Megawati. Dibubuhi tandatangan oleh Ketua Umum PDIP itu.

Ada 7 butir perjanjian yang tertera dalam dokumen itu. Isinya seputar kesepakatan pencalonan Mega-Prabowo dalam Pemilu Presiden 2009. Poin ke-7 berbunyi "Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pemilu Presiden 2014".

Tentu, itu masih satu versi, dari Gerindra. Ketua DPP PDIP Puan Maharani berjanji, partai berlambang banteng moncong putih itu bakal membuka semua isi perjanjian Batu Tulis suatu saat nanti.  

"Ya, nanti saja kalau sudah terbuka apa isi perjanjian Batu Tulis, kita lihat sama-sama apa isi dari perjanjian itu. Karena saat ini yang banyak berbicara masalah perjanjian itu, teman-teman dari Gerindra," kata Puan Maharani di Hotel The Sunan, Solo.

Puan mengimbau Gerindra agar fokus pada pemilu legislatif pada 9 April mendatang. "Lebih baik semua partai politik saat ini fokus dalam bagaimana caranya untuk bisa memenangkan pada pemilihan legislatif nanti. Jadi nggak usah berbicara mengurusi internal partai lain, lebih baik mengurusi internal partainya masing-masing," ucap Puan.

Lantas, apa kata Jokowi soal keberatan Gerindra? "Sudahlah, biar masyarakat saja yang menilai. Saya ndak mau ikut mengomentari, nanti malah jadi panas," kata Jokowi di Jalan Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/3/2014).

"Saya kira ndak mendukung (saya capres), ya ndak apa-apalah. Kita tunjukkan sopan santun kita, tidak baik saling mencemooh, saling mengejek, saling menyerang," ujar mantan Walikota Solo tersebut. (Tanti Yulianingsih)

Baca Juga:

Jokowi `Mengader` Ahok

Selamat Datang `Tahun Politik`

Auman `si Macan` Terkam Dahlan Iskan