Liputan6.com, Jakarta Pada awal kelahirannya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang semula bernama Partai Keadilan mendapat imej sebagai partai yang bersih. Namun kini citra sebagai partai bersih itu sedang diuji seiring dengan kasus korupsi yang mendera sejumlah kader PKS, termasuk mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (19/3/2014), Presiden PKS Anis Matta masih yakin kasus-kasus korupsi itu tidak akan mengganggu perolehan suara PKS.
Meski didera berbagai kasus, menurut Anis, PKS akan tetap mendulang banyak suara. Ia merujuk pada pemilukada yang banyak dimenangi PKS yang justru terjadi ketika partai Islam ini didera berbagai kasus.
Dengan menerapkan strategi door to door, partai politik dengan nomor urut 3 ini yakin akan meraup banyak pemilih.
PKS memang dikenal memiliki pendukung tradisional yang loyal. Menurut Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Komaruddin Hidayat, para pendukung tradisional ini akan tetap setia memilih PKS.
Namun tetap saja kasus korupsi yang melibatkan kader PKS akan tetap memunculkan ketidakpercayaan, terutama pada kalangan elite kota.
Sementara hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilakukan pada Februari 2014 memperlihatkan penurunan drastis yang dialami PKS. Dengan pertanyaan jika pemilu digelar sekarang, ternyata PKS berada di urutan ke 9 dengan hanya memperoleh angka 3,6 persen.
Lahir dari gerakan dakwah di kampus, Partai Keadilan pertama kali mengikuti pemilu pada 1999. Namun partai ini tidak mencapai ambang batas parlemen, sehingga berganti nama menjadi PKS.
Dan pada Pemilu 2004, suara PKS mengalami peningkatan drastis menjadi 7,34 persen dan menempatkan 45 wakil di DPR. Pada pemilu 2009, PKS meraih 7,88 persen suara dengan 57 wakil di parlemen. (Shinta Sinaga)
Baca juga:
[VIDEO] Nasdem, Partai Pendatang yang Diperhitungkan
[VIDEO] PKB, Partai Bentukan Ulama NU
Advertisement
Bawaslu Akan Minta Keterangan PKS Soal Anak-anak Ikut Kampanye