Sukses

Paku Poster Caleg di Pohon Dicabuti di Bogor, Sehari 1 Ember

Pencabutan itu guna mengantisipasi agar pohon tidak rusak akibat penyakit yang disebabkan paku.

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor melakukan penertiban alat peraga di zona bebas kampanye. Kini giliran paku-paku bekas pamplet komersil dan gambar caleg, serta atribut parpol yang menancap di pohon dibersihkan.

Pencabutan itu guna mengantisipasi agar pohon tidak rusak akibat penyakit yang disebabkan paku. Sebab, paku yang tertancap di pohon bisa mempercepat pelapukan atau pembusukan batang pohon yang berakibat pohon mudah tumbang.

"Sama seperti manusia yang kena paku berkarat akan infeksi, begitu juga pohon. Curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi bisa mempercepat proses pelapukan kayu atau pohon hingga akhirnya mati," kata Kepala Bidang Pertamanan DKP Kota Bogor Dian Herdiawan.

Dian menuturkan, pencabutan paku sudah dilakukan sejak Senin kemarin. Jumlah paku yang tertancap di pohon sebanyak 2 hingga 10 paku berukuran mulai dari 3 sampai 7 centimeter. Kebanyakan paku-paku tersebut bekas memasang gambar caleg, alat peraga kampanye parpol, dan pamflet komersil.

"Dalam satu pohon minimal 3 paku, maksimal 10 paku. Dalam sehari, petugas bisa mencabut 1 ember kecil paku," ungkapnya.

Menurut dia, pencabutan paku akan dilakukan secara rutin dan bertahap. Pencabutan paku melibatkan sejumlah petugas DKP. Namun untuk minggu ini, yang menjadi target pencabutan adalah Jalan Pemuda, Dadali, dan Jalan Jenderal Ahmad Yani.

"Setelah 3 ruas jalan itu selesai, selanjutnya akan dirutinkan di pemeliharaan pohon dengan melibatkan 4-6 orang petugas," terang Dian.

Sebelumnya, 86 persen pohon di Kota Bogor kondisinya sakit. Hal itu berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dari 2011 hingga Februari 2012. Bahkan, 40 persen di antaranya mengalami penyakit yang cukup berat.

"Banyak pohon, tapi sakit. Dari 86 persen pohon yang sakit, 40 persen di antaranya mengalami penyakit cukup berat. Kemungkinan besar jumlahnya terus bertambah, apalagi jika pohon itu banyak yang di paku atau kurang mendapat perawatan," kata Guru Besar Entomologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof Dodi Nandika.

Menurutnya, pohon-pohon di jalan protokol sakit karena keropos, di dalam batangnya terjadi pembusukan hingga menyebabkan kelapukan. Beberapa faktor penyebabnya, salah satunya kurang perawatan, rusak karena paku-paku reklame yang ditempelkan oleh orang-orang yang tidak paham dengan kondisi pohon.

Namun penyakit di pohon tidak terlihat secara kasat mata. Harus menggunakan alat khusus. "Dengan alat itu bisa terdeteksi sakit atau tidak. Namun jika sakit pada bagian dalam tubuh pohon seperti dimakan rayap, lapuk, dan keropos," pungkas Dodi. (Yus Ariyanto)