Liputan6.com, Jakarta - Biaya berpolitik sekarang ini lebih mahal. Para caleg yang mencalonkan diri pun harus merogoh kocek hingga miliaran rupiah. Lantas dari mana mereka mendapat modal dan bagaimana kesiapan mereka jika tak terpilih sebagai anggota legislatif kelak?
Caleg DPR RI asal PDIP Adian Napitupulu ini mengaku hanya bermodal pas-pasan. Namun ia optimis dan bertekad memenangkan suara di Dapil Jabar V, karena dirinya mendapat banyak dukungan dari orangtua, keluarga, hingga teman-temannya.
"Saya dapat modal dari orangtua, keluarga, teman-teman, mertua. Sampai jual cincin istri saya, cincin kawin. Dan tidak ada rasa takut untuk kalah. Kenapa harus takut? Menurut saya mengorbankan untuk perubahan yang lebih besar tidak perlu takut. Apalagi timbang jual cincin," ujar Adian saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (27/3/2014).
"Biaya kampanye kita hanya dapat atribut dari partai, sisanya dari caleg sendiri. Tapi nggak perlu minder, maju terus!" tandas mantan aktivis 98 itu.
Berbeda dengan Adian, caleg DPR RI asal Partai Bulan Bintang (PBB) Diliana Ermaningtias mengaku memiliki modal cukup. Namun ia enggan membeberkan berapa angka modal untuk berkampanye. Yang jelas untuk modal berkampanye dirogoh dari kantong pribadi.
"Adalah modal dari saya. Dari partai hanya memberikan modal dalam bentuk atribut," ujar perempuan yang akrab disapa Ana itu.
Putri bungsu mantan Kabareskrim Polri Jenderal Polisi Purnawirawan Susno Duadji itu pun tak takut jika kelak tak terpilih sebagai caleg DPR RI. Ia sudah siap. Bagi Diliana, ini bagian dari proses perjuangan untuk meneruskan perjuangan sang ayah untuk mengabdi di negeri ini.
"Sudah siap, meskipun harus mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Karena kembali ke niat awal, meneruskan perjuangan orangtua. Bukan karena ingin mencari uang, tapi karena murni untuk memperjuangkan bangsa ini menjadi lebih baik. Maka itu harus tidak setengah-setengah," ujar perempuan berumur 32 tahun itu.
Tabungan
Caleg DPR RI asal Partai Amanat Nasional (PAN) Dapil Jawa Timur IV Muhammad Rodli Kaelani mengaku telah menyiapkan modal sekitar Rp 800 juta. Sebagian besar berasal dari tabungan pribadi, sebagian lainnya berasal dari kerabat dan teman. Partai hanya memberikan modal atribut.
"Mayoritas modal pribadi, tabungan, saya nabung. Itu 50 persen. Separuh lagi dibantu teman-teman sejak dulu. Walaupun bantuan nggak dalam bentuk uang. Ketiga bantuan partai berupa atribut dan jaringan. Dana saya sedikit hanya Rp 800 juta akumulasi barang dan uang. Tapi saya siap (kalah). Itu kami sudah tahu konsekuensinya," ujar Wasekjen PAN itu.
Setali tiga uang, caleg DKI III asal Partai Hanura Debora Debby Wage juga mengaku tidak memiliki modal banyak. Namun ia optimis, selama ada usaha pasti akan mendapatkan jalannnya. "Kalau maju pasti ada jalan. Kalau modal dari partai berupa atribut, kaos, bendera. Pastinya berat, tapi dibantu sedikit banyak dukungan orang terdekat dan masyarakat. Apalagi masyarakat masih berpola pikir wani piro (uangnya berapa)."
Debora pun siap jika nanti tidak terpilih sebagai caleg. Kondisi bangsa yang tidak menentu ini membuat dirinya yang sehari-hari berkecimpung sebagai akademisi itu terpanggil untuk mencalonkan diri sebagai caleg. "Saya prihatin, saya dari kalangan intelektual, dosen. Saya tidak menyalahkan masyarakat, itulah yang harus disadari, harus ada perbaikan sistemik."
"Ini butuh waktu panjang demi kesejahteraan, pendidikan di masyarakat. Sehingga nanti akan terwujud demokrasi terbuka. Selama ini kapitalis selalu mencederai nilai-nilai demokrasi, padahal ini bukan negara kapitalis," pungkas dosen Ilmu Komunikasi Politik dan Ilmu Pemerintahan itu.
Modal Miliaran
Caleg Partai Gerindra Dapil Jakarta II Aryo Djojoadikusumo mengaku sudah menyiapkan modal sekitar Rp 6 miliar. Sebab biaya berkampanye saat ini tidaklah murah. "Minimum Rp 6 miliar. Berdasarkan perhitungan kami untuk dapat suara 2010, minimal yang memilih 60 persen. Mau nggak mau biaya kampanye segitu."
"Kenyataannya teknologi kloning belum ada. Saya harus jangkau 800 orang dalam sehari dan 400 RW, saya harus undang warga, sebagai tuan rumah saya harus menyediakan minimal makan snack, minum sekali pertemuan sudah pasti keluar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Media sosial tidak menjangkau semua, jadi kampanye darat udara harus jalan terus. Jadi saya lipat gandakan minimum Rp 6 miliar. Itu dari keluarga besar, perusahaan saya kerja dan lainnya," ujar Wasekjen DPP Gerindra itu.
Tak berbeda dengan caleg lainnya, Aryo pun mengaku siap kalah. Jika tak terpilih menjadi caleg kelak, ia akan kembali menekuni bisnisnya. "Siap menang. Apapun hasil pemilu saya akan hormati keputusan MK. Kalau kalah kita balik ke dunia usaha, kalau kita nggak kepilih. Kita tak boleh halangi pilihan warga. Bagi saya sebuah pengabdian, kalau warga nggak milih ya berarti warga nggak milih saya. Nggak perlu kecewa. Kasih hak pilih buat mereka," pungkas Aryo.
Mischa Hasnaeni Moein, caleg DPR RI asal Partai Demokrat pun sama. Perempuan yang menobatkan diri si 'Wanita Emas' ini juga mengaku menyiapkan miliar rupiah untuk modal menjadi caleg. Ia pun tak ambil pusing jika nanti tidak terpilih sebagai caleg Dapil Jakarta II itu.
"Biaya kampanye miliaran tentunya, dari partai cuma dapat atribut Jadi semua biaya sendiri. Makanya jangan pilih caleg pesanan, jadi bisa konsen memperjuangkan aspirasi rakyat. Yang penting nawaetu (niat), kita kan maju untuk membangun negeri, bukan merampok negeri. Kalau kalah simpel saja berpikirnya, berarti aspirasi rakyat disampaikan bukan melalui tangan saya, lewat tangan lainnya," pungkas Hasnaeni.
Advertisement
(Shinta Sinaga)
Baca juga:
Putri Susno Duadji Optimis Lolos ke Senayan
Motivasi Caleg Muda Maju ke Kursi Parlemen
Caleg di Yogyakarta Pakai Tukang Jamu dan Pijat untuk Kampanye
Caleg Lady Scooter Ini `Jual Diri` Berkeliling Serang Naik Vespa