Sukses

Jelang Pileg, Waspadai Survei `Abal-abal`

Tak jarang survei itu muncul atas 'pesanan' yang sudah diatur hasilnya.

Liputan6.com, Bogor - Menjelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 diprediksi akan bermunculan hasil sejumlah survei yang memprediksi tentang hasil pileg 2014. Tak jarang survei itu muncul atas 'pesanan' yang sudah diatur hasilnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Departemen Politik dan Hubungan International, Center For Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte angkat bicara. Menurutnya, survei sudah pasti membutuhkan dana. Jadi sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah lembaga survei itu dibiaya oleh siapa.

"Sekarang tinggal bagaimana menjamin kredibilitas dan integritas lembaga survei tersebut," ujar Philips di Jakarta Selatan, Rabu (2/4/14).

Untuk membuktikan survei itu tidak abal-abal, lanjutnya, ada berbagai macam cara. Misalnya ada organisasi yang mengatur profesionalisme lembaga-lembaga survei. Dari cara itu, bisa dilakukan sesuatu tentang tata cara metodologi dan lain-lain.

Kemudian pengaturan lewat penyelenggara Pemilu, seperti KPU atau Bawaslu. "Seperti yang sekarang, mereka coba atur itu kan yang masih di-judicial review yaitu hitung cepat walaupun merugikan sebetulnya," ungkapnya.

Tapi yang terpenting yang ketiga adalah bagaimana transparansi data lembaga survei ini. Untuk hal tersebut, kata dia, sebenarnya lembaga Pemilu bisa memaksa lembaga-lembaga survei ini untuk lebih transparan dalam hal data. Sehingga semua orang bisa mengontrol.

Kemudian jika survei itu dirilis apakah akan mempengaruhi pemilih? Dia menyatakan sebenarnya belum pernah ada studi yang menunjukan bahwa survei itu dirilis akan mempengaruhi publik atau pemilih.

"Pasalnya survei tersebut dirilis melalui media massa. Tapi kita tahu sekarang ini televisi sudah terpecah-pecah juga pemilihnya. Kemudian masyarakat di daerah juga mungkin tingkat pembaca koran atau majalahnya tidak terlalu tinggi," paparnya.

Dirinya cenderung menganggap bahwa jika survei itu bisa mempengaruhi pemilih itu sedikit berlebihan. "Jadi belum ada kajian ilmiahnya kalau hasil survei itu bisa mempengaruhi pemilih," pungkasnya.