Liputan6.com, Jakarta - Tak bisa dipungkiri, parpol umumnya hampir pasti mengundang penyanyi dangdut atau artis ibukota dalam kampanye terbuka. Tapi cara ini dinilai tidak efektif, malah menurunkan kualitas kampanye.
"Kalau hanya menyanyi di atas panggung bawa artis itu kan sangat rendah kualitasnya, karena pemilih tidak tahu siapa yang harus dipilih," kata pengamat pemerintahan daerah Muhammad Nur Sadik, di gedung DPD RI, Jakarta, Jumat (4/4/2014).
Seharusnya, kata Sadik, dalam kampanye terbuka para caleg memaparkan pemikiran. Kendati, Sadik tidak melarang hiburan semacam itu. "Seharusnya mereka menyampaikan bagaimana jadi wakil yang baik nanti, bagaimana berhubungan dengan saya kalau terpilih."
"Paling penting bagaimana memberikan program kerja kalau terpilih nanti. Itu kemajuan daerah. Kalau bawa artis, bawa mobil keliling arak-arakan jelas kualitasnya rendah," lanjut Sadik.
Menurut Sadik, cara-cara seperti itu sudah tidak efektif lagi sebagai kampanye pada Pemilu 2014. Selain boros biaya, cara seperti itu tidak memaparkan gagasan dengan baik.
"Lebih murah lebih efektif kalau dia berdiri di depan saja gitu. Pilih saya ini gagasan saya, semua orang lewat situ dia akan lihat gagasan itu. Jauh lebih murah lebih efektif juga," ujarnya.
Saat ini menurut Sadik, untuk meningkatkan kualitas pemilu dan kampanye, seharusnya dari awal para caleg turun ke dapilnya dan memaparkan program-programnya.
"Bukan memberi penyanyi-penyanyi. Jangan-jangan orang datang karena penyanyinya, bukan karena orangnya (caleg)," tandas Sadik.
Baca juga: