Sukses

Pengamat: Ada 3 Alasan JK Sulit Jadi Cawapres Jokowi

Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargen menilai, pasangan Jokowi-JK bakal sulit terwujud.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla ramai dikabarkan akan menjadi cawapres. Bahkan, pria yang akrab disapa JK itu dinilai pantas berpasangkan dengan Joko Widodo alias Jokowi dalam pertarungan Pilpres 2014 mendatang.

Namun, Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens menilai, pasangan Jokowi-JK bakal sulit terwujud. Maka itu ia menyarankan agar sebaiknya PDIP tidak memasangkan Jokowi-JK sebagai capres-cawapres pada Pilpres 2014.

"Saya melihat ada 3 hal mengapa jangan JK yang harus dipasangan dengan Jokowi," kata Boni dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/4/2014).

Pertama, kata Boni, JK pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketika JK menjabat Wakil Presiden 2004-2009, PDIP akan 'babak belur digebuk' Pemerintahan SBY. "Dibongkar semua dan sasarannya kader PDIP (waktu itu)," kata Boni.

Apalagi, lanjut Boni, saat JK menjadi bagian Pemerintahan SBY, posisi PDIP adalah oposisi. Sehingga motivasi JK ingin menjadi cawapres Jokowi dicurigai hanya untuk mencari kekuasaan.

Kedua, Boni khawatir, jika keduanya terpilih pada Pilpres 9 Juli mendatang, potensi JK lebih dominan ketimbang presidennya saat menjalankan roda pemerintahan. "Ini JK bisa jadi lebih dominan dari presidennya," kata Boni.

Ketiga, Boni menegaskan, saat ini JK masih resmi tercatat sebagai petinggi Partai Golkar. Karenanya jika nanti terpilih, dikhawatir bisa menjadi pintu masuk Golkar ke dalam kekuasaan.

Di luar ketiga hal itu, Boni melihat ada satu masalah lainnya. Yakni PDIP harus mempertimbangkan karakter Jokowi yang benar-benar tulus berorientasi untuk bekerja. Jika PDIP melihat hal tersebut, maka JK tidak pantas dijadikan cawapres Jokowi.

Video Terkini