Sukses

Kinerja Ical Dipertanyakan, 3 Nama Siap Jabat Ketum Golkar

Di antara 3 nama itu, ada juga MS Hidayat yang saat ini menjabat Menteri Perindustrian.

Liputan6.com, Jakarta - Selain Partai Persatuan Pembangunan (PPP), konflik internal juga terjadi di tubuh Partai Golkar. Posisi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie digoyang kader lain. Politisi Senior Partai Golkar Zainal Bintang mengatakan, sudah ada 3 nama yang menyatakan kesiapannya menggantikan posisi Ical sebagai ketua umum. Ketiganya merupakan kader terbaik Golkar.

"Ada yang mempersiapkan diri, Agung Laksono, dan Priyo Budi Santoso, ada juga MS Hidayat yang saat ini menjabat Menteri Perindustrian," kata Zainal usai mengisi acara diskusi di kawasan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (20/4/2014).

Menurut Zainal, masing-masing kandidat memiliki keunggulan berbeda. Terutama soal basis dukungan yang sangat mengakar. "Yang berakar itu Agung Laksono karena dia Ketua Umum Kosgoro bersama Priyo juga Ketua Umum MKGR. Mereka memiliki posisi lebih kuat," tandasnya.

Zainal juga mengatakan, Priyo dinilai bisa menjadi 'kuda hitam', jika ada partai yang mau mengusungnya sebagai cawapres dalam Pilpres 2014. Sebab, Priyo sudah memiliki sejumlah pengalaman cukup baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang organisasi.

"Menurut saya Priyo itu bisa jadi kuda hitam. Dia pernah menjadi ketua umum termuda MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) dan Kosgoro 1957," kata Zainal.

Zainal mengaku, Golkar sebenarnya telah merestui sejumlah kadernya dilamar partai lain menjadi cawapres. Mereka yakni Jusuf Kalla (JK), Akbar Tandjung, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Priyo Budi Santoso.

Namun ia berharap, pilihan tersebut menjadi pertimbangan partai lain yang menginginkan mereka menjadi cawapres. Kendati, Golkar cenderung memberikan kadernya kepada PDIP.

"Tergantung keinginan Jokowi (Capres PDIP). Kalau dia menolak yang tua, otomatis kan Pak JK dan Pak Akbar Tandjung jadi tertutup. Nah, Priyo mungkin bisa masuk di sini. Karena dia tokoh muda yang patut diperhitungkan," katanya.

Belakangan, posisi Aburizal Bakrie sebagai capres Partai Golkar semakin terusik. Kegagalan Partai Golkar meraih target 26% suara Pileg semakin mengautkan wacana evaluasi status capresnya. Cara terbaik agar Golkar tetap berada di pucuk pimpinan partai yakni mengajukan cawapres.

Evaluasi status capres Ical justru muncul dari Akbar Tandjung. Ia bahkan mendesak Ical untuk mempertanggungjawabkan perolehan suara yang tidak mencapai target itu.

Menurut Zainal, semakin derasnya arus desakan evaluasi terhadap pencapresan Ical, karena kader sudah tidak terpengaruh dengan tanda tangan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

"Sebelum ini, para kader masih membutuhkan tanda tangan Ical untuk dapat maju sebagai calon legislatif. Selain itu, kader yang ingin Ical maju terus meyakinkan kader lain tentang kapasitas Ical sebagai ketua umum," kata Zainal dalam acara diskusi di kawasan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta Pusat, hari ini.

Setelah diketahui hasil pileg, lanjut Zainal, muncul desakan lebih keras dari para kader yang cinta pada partai. Mereka yang sudah aman posisinya di legislatif mulai bisa bicara dengan hati nurani. "Karena itu, timbullah arus balik," imbuh Zainal.