Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar mengakui elektabilitas Ketua Umum yang juga calon presiden mereka Aburizal Bakrie alias Ical masih rendah. Hal ini berdampak dengan banyak ditolaknya Partai Golkar untuk berkoalisi oleh partai politik lainnya jelang Pilpres 2014.
"Golkar yang berada di urutan kedua, namun kesannya Aburizal nggak terangkat popularitasnya dan sulit sekali mencari kawan koalisi. Ini menjadi pertanyaan internal Golkar sendiri," kata Ketua DPP Golkar Yoris Raweyai dalam diskusi di Jakarta, Rabu (23/4/2014).
Karena itu Golkar berharap untuk segera melakukan evaluasi secara internal agar bisa bersaing dengan capres dari parpol lain yang elektabilitasnya terus meningkat.
"Sekarang Golkar belum menentukan sikap walaupun hasilnya nomor 2. Kalau kita mau bicara, Prabowo Subianto dengan Gerindra nomor 3, tapi dia sangat intens untuk bisa menetapkan diri sebagai capres," ujar dia.
Diakui Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) itu, Partai Golkar hingga kini sulit menentukan koalisi. Ia mencontohkan saat Ical bertemu dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD di Bali 19 April lalu, dan sebelumnya dengan capres PDI Perjuangan Joko Widodo atau Jokowi, namun yang keluar hasilnya berbeda, bukan untuk berkoalisi.
"Bisa dibaca di beberapa media, kemarin pertemuan dengan Mahfud MD, sebelumnya dengan Jokowi, tapi output-nya berbeda-berbeda," ucap Yoris.
Yoris juga mengaku heran dengan materi yang dibicarakan Ical saat bertemu Mahfud. "Mahfud bilang diajak berbicara koalisi. Tapi Fuad (Ketua DPP Golkar Fuad Hasan Masyhur) bilang itu tidak ada istilah koalisi sama Mahfud. Tapi bicara tentang kebangsaan, maknanya apa?" tanyanya heran.
Baca Juga
Sepakat
Keheranan Yoris beralasan karena Wasekjen PBNU Masduki Baidlowi mengatakan Ketum PKB yang digadang jadi cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan salah satu bakal capres PKB Mahfud MD sudah sepakat untuk tak berpasangan dengan Ical.
"Tadi pagi Mahfud MD dan Cak Imin bertemu, keduanya sepakat untuk tidak berpasangan dengan Ical," kata Masduki di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa kemarin.
Masduki menjelaskan, elite PKB tak mau merapat ke Ical karena massa NU kurang menyukai figur Ketua Umum Golkar tersebut. "Selama ini konstituen yang mendukung Pak Mahfud tidak mendukung ke situ (Ical)," ungkapnya.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens punya pandangan serupa dengan Yoris. Dia menilai Partai Golkar pantas mengevaluasi pencapresan Ical. Bila Ical bersikeras maju sebagai capres, Boni memprediksi Golkar bakal menjadi penari latar di Pilpres 2014.
"Kalau tetap usung Ical, maka Golkar akan jadi penari latar di pentas ini. Kalau realistis, evaluasi Ical itu tuntutan yang pantas diterima," kata Boni.
Pengamat politik itu mengatakan penentuan figur yang maju sebagai capres menentukan pula persentase menang dalam Pilpres 2014. Bila Ical tetap maju, kecil kemungkinan akan terpilih jadi presiden. Sebab ada 2 kekuatan dalam Pilpres 2014 Juli mendatang, yakni capres PDIP Joko Widodo melawan capres Gerindra Prabowo Subianto.
"Penentuan figur menentukan kebangkitan partai. Saya sarankan evaluasi pencapresan Ical, dan apakah Golkar sekadar usul cawapres ke Jokowi atau Prabowo. Semoga Golkar 2014 jangan jadi pelengkap," ucap Boni.
Advertisement
(Shinta Sinaga)