Liputan6.com, Jakarta - Perolehan suara jeblok membuat pelawak Bagito Tugabus 'Didin' Pinasti, harus memendam dalam-dalam keinginannya untuk duduk di kursi Senayan. Kegagalan ini juga membuat Didin kapok bermain di dunia politik.
Saat menyambangi redaksi Liputan6.com di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Rabu (23/4/2014), Didin mengungkapkan keterlibatannya dalam dunia politik sebenarnya hanya ingin membuktikan apakah bisa ke Senayan tanpa menggelontorkan banyak uang.
"Ternyata tidak," cetus Didin.
Didin mencoba peruntungan di dunia politik dengan masuk Partai Amanat Nasional (PAN). Belakangan dia didaulat menjadi ketua perhimpunan calon legislatif DKI Jakarta.
Sebelum masuk PAN, Didin aktif sebagai anggota Liga Budaya Partai NasDem bersama rekan sesama artis, Andre Hehanusa. Di sini, Didin tak lama. Bersama artis-artis lain, ia turut mundur dari Nasdem mengikuti langkah pengusaha Hary Tanoesoedibjo.
Berbeda dengan sang kakak, Dedi Gumelar (Miing) yang bergabung ke PDI Perjuangan, Didin berlabuh di PAN. Ia mengaku memilih partai berlambang matahari itu setelah diundang Ketua Umum PAN Hatta Radjasa.
Advertisement
"Memang sudah lama saya suka PAN," kata Didin.
Tak butuh bertahun-tahun, Didin pun maju sebagai calon legislatif untuk daerah pemilihan (Dapil) V Jakarta Timur. Ia mendapat nomor urut 10. Sayang, karena mempertahankan prinsip politik tidak bagi-bagi duit, langkah Didin pun kandas.
Â
"Saya tidak bisa terobos, untuk bisa lolos (pemilu) memang harus dengan uang," ujarnya dengan muka pasrah.
Didin mengaku memang menghindari politik uang. Selama sosialisasi dan kampanye, dia hanya mengandalkan popularitas dan modal sosialnya. Setiap pagi Didin bersepeda sendirian menemui warga di dapilnya, menyadarkan mereka untuk memilih wakil rakyat yang bisa dipercaya.
Saat ditanya modal yang sudah dikeluarkan, Didin menjawab, "Nggak banyak. Mau nguras tabungan? Tabungan apa nggak punya," katanya sambil tertawa.
Kendati mendapat informasi soal kecurangan di dapilnya, Didin tak mau repot-repot mengurusnya. Bagi pelawak senior ini, keikutsertaannya dalam hiruk-pikuk pemilu legislatif hanya sebagai pelajaran berharga, bahwa kalau mau lolos ke Senayan harus punya kocek tebal.
Masih mau ikut pemilu berikutnya? "Nggak. Sudah cukup," ucap Didin singkat.
Kapok? Dengan mata agak berkaca-kaca Didin hanya tertawa kecil. "Hehehe..."
(Shinta Sinaga)