Liputan6.com, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih mempertimbangkan koalisi dengan poros baru, jelang Pilpres 9 Juli mendatang. Ibarat gadis menjelang pernikahannya, PKS lebih memilih menunggu pinangan dari sang mempelai pria.
"PKS belum ada komitmen dengan siapapun. Kami masih jadi gadis perawan ting-ting," kata Wasekjen PKS Fahri Hamzah, di Jakarta, Minggu (27/4/2014).
Fahri mengakui, sejauh ini PKS baru membuka komunikasi awal dengan Partai Demokrat, selaku penggagas poros baru tersebut. "Ini baru dialog ringan," katanya.
Yang terpenting, kata Fahri, perlu ada kesepakatan dalam poros baru tersebut, meski PKS sudah berkoalisi dengan Partai Demokrat selama 10 tahun.
"Intinya perlu kesepakatan lah. Kan pada nggak lolos treshold (parliamentary threshold) atau ambang batas suara nasional 3,5%)," tutur Anggota Komisi III DPR itu.
Sementara anggota Majelis Syuro PKS Refrizal mengatakan, pihaknya memprioritaskan koalisi dengan partai politik berbasis Islam dan satu partai nasionalis. Namun, siapa partai nasionalis yang akan digandeng PKS, ia masih merahasiakannya.
PKS sendiri memiliki 3 capres dari hasil pemilihan rakyat (Pemira). Ketiga capres itu yakni Hidayat Nur Wahid, Anis Matta dan Ahmad Heryawan. Namun, Refrizal mengatakan rapat kali ini tidak membahas capres pemira.
"Belum bicara calon, tapi kita bagaimana berkoalisi, karena kita sudah berpengalaman 10 tahun berkoalisi. Kalau menang sama-sama memerintah dan kalau kalau sama oposisi. Selalu semua kebijakan dibicarakan," kata Anggota Komisi VI DPR itu.
Hingga kini PKS belum menentukan arah koalisinya. Sejumlah partai poros seperti PDIP, Golkar dan Gerindra juga belum ada pernyataan resmi menggandeng partai yang berideologi religi itu.
Sementara sejumlah pengamat menilai, peta politik Pemilu 2014 akan muncul partai poros tengah, yang terdiri dari partai Islam seperti PPP, PKB, PKS dan PAN. Namun koalisi poros tengah dinilai sulit terbentuk melihat berbagai latar belakang sentimen partai.
Selain itu, pengamat juga menilai partai poros tengah akan sulit mengalahkan ketiga partai poros itu, jika tidak memiliki capres-cawapres yang mampu menandingi capres yang sudah muncul saat ini, seperti Jokowi. (Raden Trimutia Hatta)