Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bappilu Partai Hanura Hary Tanoe disinyalir akan menjadi ganjalan kuat Partai Hanura untuk merapat ke PDIP. Sebab, Bos MNC Grop itu dulunya memiliki sejarah yang tak baik dengan Partai Nasdem menyusul adanya konflik antara Harry Tanoe dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier mengakui hal itu memang menjadi persoalan tersendiri. Terlebih PDIP dan Nasdem yang diketuai Surya Paloh lebih dulu membangun koalisi.
"Itu bagaimana dengan PDIP dan Nasdem, memang ini menjadikan Ketua Umum Pak Wiranto menanggung beban berat setelah menerima mandat (arah koalisi) seperti ini. Pak Wiranto harus aspiratif masih ada ganjalan seperti ini," kata Fuad Bawazier saat dihubungi, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Menurut Fuad, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto tak hanya menjalin komunikasi dengan PDIP. Tetapi juga telah intensif membangun komunikasi politik untuk menenentukan arah koalisi ke Partai Gerindra dan Golkar.
Terlebih, tegas Fuad, Wiranto dulunya merupakan kader Partai Golkar dan sama dengan Aburizal Bakrie serta Prabowo Subianto.
"Karena dengan Prabowo sudah 2 kali, dengan Pak Ical juga beberapa kali," tegasnya.
Karena itu, lanjut Fuad, Wiranto saat ini menanggung beban yang tidak ringan untuk menentukan arah koalisi. Ditambah sejarah masuknya Harry Tanoe yang sebelumnya tengah berkonflik pada internal Partai Nasdem.
"Kalau asal usul Pak Wiranto dengan Golkar, pernah jadi capres dan cawapres Golkar dulunya. Dengan adanya HT, belum tentu juga PDIP dan Nasdem menerima," tukas mantan Menteri Keuangan era Soeharto itu.
Konflik HT-Nasdem Buat Wiranto Berat Tentukan Koalisi Hanura
Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier mengakui hal itu memang menjadi persoalan tersendiri bagi Ketum Hanura Wiranto.
Advertisement