Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menjawab tentang polemik pasca-beredarnya isu penetapan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa sebagai cawapres, mendampingi capres Gerindra Prabowo Subianto.
Fadli menegaskan, Gerindra belum menentukan secara pasti posisi cawapres Prabowo untuk Pilpres 9 Juli mendatang.
"Belum final, tapi akan kita bicarakan bersama," tegasnya di Kantor DPP Partai Gerindra, Jalan Harsono RM 54, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2014).
Advertisement
Menurut Fadli Zon, Gerindra saat ini masih membicarakan nama cawapres dengan mitra koalisi, termasuk dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Fadli Zon berharap, pembicaraan nama cawapres dengan mitra koalisi berjalan lancar. Meskipun diakui, ada kabar partai koalisi keberatan dengan penetapan Hatta sebagai cawapres Prabowo.
Selain itu, Fadli Zon mengatakan, ada beberapa nama yang pantas menjadi pendamping sang mantan Danjen Kopassus untuk Pilpres 2014. "Ada beberapa nama, tapi sejauh ini yang menonjol Pak Hatta," tandas Fadli.
Gerindra dan PAN sudah resmi berkoalisi, tapi kedua partai itu belum memutuskan untuk mendeklarasikan pasangan Prabowo-Hatta. Deklarasi duet itu rencananya akan dibicarakan ke dalam forum antar-koalisi partai politik.
"Hari ini bukan deklarasi capres-cawapres, tapi hari ini memantapkan keteguhan bahwa kita bersama Partai Gerindra," tegas Ketua Umum PAN Hatta Rajasa di Kantor DPP PAN, Jakarta, Rabu 14 Mei.
Namun soal Hatta yang disebut-sebut akan mendampingi Prabowo mendapat protes dari PPP. Ketua Harian Majelis Syariah DPP PPP Nur Muhammad Iskandar menilai, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai capres dan cawapres kurang 'menjual' di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Prabowo seharusnya memilih cawapres dari kalangan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). "Duet Prabowo-Hatta susah untuk memasarkannya di kalangan Nahdliyin," kata Nur Muhammad Iskandar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu 15 Mei.
Menurut Iskandar, Prabowo seharusnya lebih memilih tokoh dari kalangan NU guna membangun simpati bagi warga Nahdliyin yang juga akan menaikkan peluang Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2014. Ia kecewa karena awalnya mengira, sosok yang akan dipasangkan sebagai cawapres adalah Ketua Umum PPP yang sekaligus berasal dari kalangan NU, yaitu Suryadharma Ali.
Hal sama juga diungkapkan Ketua Departemen Wirausaha DPP PPP Habil Marati yang mendukung Prabowo dengan harapan bisa menang. Maka itu, ia berpendapat dalam memilih pendamping Prabowo harus cermat menghitung peluang. Sebab, mayoritas umat Islam di Indonesia berafiliasi ke Nahdlatul Ulama (NU).
"Di Indonesia sekitar 60 juta warga NU, harusnya wakilnya Prabowo ngambil dari NU. Jokowi sudah mengambil PKB untuk bisa mendulang suara dari warga NU. PPP dukung Prabowo itu harapannya menang, kok malah menggandeng bukan orang NU,” sesal Habil dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu 14 Mei kemarin. (Ans)