Liputan6.com, Solo - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin menyesalkan maraknya black campaign atau kampanye hitam yang dilancarkan dua kubu pasangan capres-cawapres. Din pun meminta dua pasangan capres-cawapres bersaing secara ksatria dan bermartabat, serta menyetop politik kampanye hitam.
"Saya prihatin dengan gejala menjelang pilpres (pemilihan presiden) yang dipenuhi oleh politik black campaign. Kedua kubu pasangan capres saling menjelek-jelekkan di media sosial," tutur Din seusai tabligh akbar di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa, (27/5/2014).
Din menyayangkan kampanye hitam. Sebab, tak jarang aksi politik itu bernada fitnah dan bernuansa suka, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Menurut Din, jika kampanye hitam ini dikembangkan justru mencederai kualitas demokrasi bangsa. "Black campaign bernada SARA juga bisa mengancam persatuan bangsa," ujar Din.
Menurut Din, maraknya black campaign akan menghilangkan peluang dari masyarakat untuk mendengarkan adu konsep dan adu ideologi dari masing-masing capres. Kedua pasangan calon sibuk dengan aksi kampanye hitam.
Dalam pandangan Din, jika memang ada isu yang tidak benar maka selesaikan lewat jalur hukum. Jangan malah di media massa atau media sosial.
"Oleh sebab itu Muhammadiyah menyerukan kedua pasangan calon untuk bersaing dengan sehat dengan mengutamakan akhlak mulia. Hendaknya dalam berkampanye mengedepankan pemaparan program, visi misi secara terbuka dan edukatif," paparnya.
Terkait pilpres, Din memberikan rujukan dari ayat Alquran, fastabiqul khairat, yang bermakna berlomba dalam kebaikan. Namun demikian, Din juga mengingatkan kedua pasangan capres-cawapres harus siap menang-kalah.
"Kedua pasangan calon capres dan pendukungnya hendaknya berjiwa besar menerima hasil pemilihan presiden dengan bersikap legowo, tidak takabur dan tetap memelihara kesantunan serta saling menghormati antara yang menang dan kalah," tandas Din.
Din Syamsuddin Kecam Maraknya Kampanye Hitam Jelang Pilpres
Tak jarang aksi politik itu bernada fitnah dan bernuansa suka, agama, ras, dan antar-golongan (SARA).
Advertisement