Sukses

Hatta Rajasa Tanggapi Black Campaign `Ibu Negara Prabowo`

Menurut Hatta, meski kompetisi pada Pilpres kali ini bisa menjadi keras dan terjal, namun jangan sampai memecah hubungan dengan kompetitor.

Liputan6.com, Jakarta Jelang Pilpres 9 Juli mendatang, beragam negative campaign (kampanye negatif) dan black campaign (kampanye hitam) terus bermunculan menyerang pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Namun, isu tersebut dianggap angin lalu oleh pihak Prabowo-Hatta.

"Jika ada yang menyerang dari segi Ibu Negara (status Prabowo), itu saya tidak suka dengan black campaign. Jauhi black campaign, karena itu tidak sesuai dengan ajaran agama," kata Hatta di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Kamis (29/5/2014).

Hatta pun mengimbau kepada siapa pun agar tidak mengembangkan isu-isu yang bisa merusak rangka persaudaraan berbangsa dan bernegara. Karena menurutnya, isu-isu tersebut sangat sensitif bagi sebagian orang.

"Jangan kembangkan isu-isu negatif yang bisa merusak," ucapnya.

Menurut Hatta, meski pun kompetisi dalam Pilpres kali ini bisa menjadi sangat keras dan terjal --karena hanya diikuti 2 pasangan capres-cawapres, namun jangan sampai mengoyak sendi-sendi keutuhan dan keakraban di antara para kompetitor.

"Khususnya keakraban sosial masyarakat kita," tandas Hatta.

Belakangan keberadaan Prabowo yang belum juga memiliki istri setelah bercerai dengan istrinya, Siti Hediati Hariyadi --atau yang lebih dikenal Titiek Soeharto, kerap menjadi isu negatif menjelang Pilpres. Keberadaan presiden tanpa ibu negara bagi sebagian kalangan dianggap kurang lengkap atau sedikit aneh.

Titiek adalah anak keempat Soeharto yang lahir pada saat Soeharto menjabat sebagai Panglima TT-IV/Diponegoro.

Titiek menikah dengan Prabowo pada Mei 1983. Pasangan ini dikaruniai seorang anak, Didiet Prabowo. Didiet menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Boston, AS. Perkawinan pasangan ini berakhir perceraian. Namun tidak diketahui secara persis kapan pasangan ini berpisah.

 

Â