Sukses

Hatta Bantah Tak Masukkan Kebebasan Pers di Visi Misi Capres

Hatta Rajasa menegaskan soal kebebasan pers ada di dalam penjabaran kehidupan demokrasi visi misi Prabowo-Hatta yang disampaikan ke KPU.

Liputan6.com, Jakarta Cawapres Hatta Rajasa menampik bila dalam visi misinya bersama capres Prabowo Subianto tidak memasukkan soal kebebasan pers. Ia menegaskan, soal kebebasan pers telah termasuk dalam penjabaran kehidupan demokrasi dalam visi misi yang telah disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.

"Keliru, itu ada di dalam penjabaran kehidupan demokrasi yang kita majukan," kata Hatta usai bertandang ke rumah mendiang Gus Dur di Jagakarsa, Jakarta, Sabtu (31/5/2014).

Ia menegaskan, di dalam klausul visi misinya disebutkan kebebasan pers sebagai pilar ke-4, sesuatu yang penting untuk memperkuat pilar demokrasi.

"Demokrasi itu di dalamnya, kalau kita uraikan itu salah satunya kebebasan pers. Itu adalah memperkuat pilar demokrasi yang harus kita dorong, sangat jelas itu di dalam demokrasi. Sangat jelas," tegas Hatta.

Bahkan, kata Hatta, tidak semata-mata soal pers saja yang ditulis dalam visi misi itu, melainkan kesejahteraan wartawan juga. "Termasuk juga gaji wartawan, penting itu," sambung Hatta sembari tertawa.

Ia menambahkan, tanpa pers demokrasi sulit terbangun. Karena itu dia memuji kinerja wartawan dalam memberikan informasi kepada masyarakat.

"Kita ini bersyukur, wartawan meliput segala macam, sehingga masyarakat kita itu tahu apa yang kita kerjakan. Saya ke sini (rumah Gus Dur) aja ada (wartawan), di mana aja ada, di pasar pun ada," ungkap dia.

Sebelumnya, pengamat politik Boni Hargens meyakini, hanya pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang meletakkan kebebasan pers di dalam visi misinya. Sementara di dalam visi misi pasangan Prabowo-Hatta yang menyinggung soal pers tidak jelas.

"Kami mencari gagasan Prabowo-Hatta dalam visi misi yang disampaikan ke KPU, ternyata dalam visi misi itu tidak ada satu pun kalimat yang membicarakan mengenai kebebasan pers," kata Boni dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu 31 Mei siang. (Rmn)