Liputan6.com, Jakarta - Isu hak asasi manusia (HAM) terus menghantui calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto. Kendati demikian, elektabilitas Prabowo seakan tidak terpengaruhi oleh isu yang terus didengungkan selama 15 tahun terakhir.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai, hal itu lebih disebabkan tidak banyak masyarakat yang tahu isu tersebut. Berdasarkan hasil survei yang diadakan pada 1-9 Juni 2014, hanya 32,8% dari 2.400 responden yang tahu kasus itu.
"Hanya 32,8% masyarakat yang tahu. Tapi kalau isu ini meluas menjadi 50% atau 70% warga yang tahu, ini akan menjadi `lonceng kematian` bagi elektabilitas Prabowo," kata peneliti LSI Adjie Alfaraby di kantornya, Jakarta, Minggu (15/6/2014).
Hasil survei lainnya juga menunjukkan isu HAM begitu berpengaruh terhadap elektabilitas Prabowo. Hasil survei LSI, sebanyak 56,80% responden menjadikan pertimbangan kasus HAM sebelum memilih, 34,30% tidak menjadi pertimbangan, sedangkan 8,80% tidak menjawab.
Untuk menangkal isu tersebut, sangat bergantung bagaimana cara Prabowo mengklarifikasi. Pada debat perdana, jawaban Prabowo atas pertanyaan Jusuf Kalla cukup membuat isu itu kembali mengambang. Sebab, Prabowo menjawab ada pimpinan yang harus bertanggung jawab dalam hal ini Wiranto.
Tapi, isu itu kembali menguat saat surat rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) muncul. Pernyataan perwira tinggi kala itu, Agum Gumelar dan Fachrul Rozi semakin meyakinkan isu keterlibatan tersebut benar. "Kami menilai elektabilitas Prabowo bergantung pada sejauh mana isunya meluas," tandasnya. (Sun)
LSI: Isu HAM Meluas, Lonceng Kematian Elektabilitas Prabowo
Untuk menangkal isu tersebut, sangat bergantung bagaimana cara Prabowo mengklarifikasi.
Advertisement