Liputan6.com, Jakarta - Akibat tidak dapat menggunakan hak suaranya pada saat Pilpres 2014, ratusan WNI yang umumnya buruh migran memprotes petugas Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Hong Kong. Bahkan mereka menjebol penutupan pagar antrean. Meski demikian, para buruh tetap tak bisa menggunakan hak pilihnya.
Ketua MPR Sidarto Danusubroto mengecam hal tersebut. Ia pun menuntut tanggung jawab dari Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Konsul Jenderal RI yang ada di Hong Kong.
"A big joke, WNI di mana pun harus diberi kesempatan nyatakan hak pilih. Saya nggak ngerti itu. Harus diatur supaya menggunakan hak pilih. Komisi I supaya panggil Menlu dan Konjen, tanyakan kenapa bisa gitu dan 500 orang kehilangan hak pilih. Ini anjuran saya," terangnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (7/7/2014).
Politisi senior PDIP itu menegaskan dirinya hanya melihat kasus per kasus dan tak mau menduga-duga adanya strategi besar untuk menyudutkan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Jokowi-JK. Ia mengatakan pelanggaran pemilu oleh peserta atau penyelenggara perlu ditindak.
"Bagi saya tiap WNI berhak memilih, beri kesempatan mereka. Itu bisa jadi cacat demokrasi ke depan," imbuhnya.
Selain di Hong Kong, Sidarto menuturkan kasus serupa terjadi pula di Arab Saudi dan Los Angeles. Ia memberikan kritik seharusnya penyelenggara pemilu sudah mengantisipasi kendala-kendala demikian.
Â
"Ini hal yang harusnya bisa diantisipasi sebelum hari H. Ini bukan pertama kali. Apa yang terjadi di Arab, Hong Kong, dan Los Angeles it is not the first time," tandas Sidarto.
Berdasarkan sejumlah tayangan video yang diunggah di situs YouTube Minggu 6 Juli 2014, para buruh migran tersebut umumnya meneriakkan capres nomor urut 2 Joko Widodo alias Jokowi. Nada mereka seakan kecewa karena tidak dapat menggunakan hak suaranya.
Sementara berdasarkan pengunggah video yang bernama Rieblora menyebutkan, mereka yang tidak dapat menggunakan hak suaranya lantaran terlambat ke lokasi tempat pemungutan suara (TPS) yang berada di Victoria Park itu.
"Ketika waktu coblosan sudah ditentukan, ternyata banyak pemilih yang tak datang tepat waktu. Lalu protes ketika datang telat dan pintu utama masuk TPS sudah ditutup. Ini salah siapa?" tanya Rieblora.
Rieblora dalam blognya yang bernama Babu Ngeblog itu menyebutkan, sejumlah masalah yang muncul pada saat pemungutan suara di Hong Kong salah satunya alasan hadirnya para pemilih ke TPS tidak tepat waktu lantaran cuaca yang cukup panas.
Kemudian, PPLN Hong Kong memberi surat undangan pemilih melalui pos dan keterbatasan jumlah TPS. "TPS-nya tuh seharusnya 40-50 buah dengan petugas bagian konfirmasi surat undangan nyoblos sebanyak bilik suara di TPS itu," jelasnya.
"Coba bayangkan aja, di desa saja, 1 RW 1 TPS. 1 RW berapa jiwa sih? Di sini 158.000 orang lho, 13 TPS cukupkah?" tanya Rieblora. Â
Teriakan yang menyebut nama Jokowi juga terdengar di tayangan video yang diunggah Nurie Martapura. Dalam video berdurasi 12 menit 34 detik itu, terlihat teriakan sukacita sejumlah buruh karena berhasil membobol pagar antrean.
Teriakan nama Jokowi juga ada dalam tayangan video yang diunggah Widodo SH. Teriakan tersebut didengungkan saat mereka memprotes karena penutupan TPS. (Sss)
Pilpres di Hong Kong Ricuh, Ketua MPR: <i>A Big Joke</i>
Selain di Hong Kong, Sidarto menuturkan kasus serupa terjadi pula di Arab Saudi dan Los Angeles.
Advertisement