Liputan6.com, Jakarta - Capre nomor urut 2 Joko Widodo menilai, tindakan sejumlah oknum yang melakukan praktek politik uang jelang Pilpres 2014, sangat mempengaruhi perolehan suaranya. Terlebih, politik uang yang dikenal istilah serangan fajar itu diberikan tak lama setelah waktu pencoblosan dilakukan.
"‎Sejauh mana kalau gerakannya masif, ya berpengaruh. ‎Ya itulah, kegembiraan politik yang baik dan antusias yang baik, masih dinodai hal-hal yang tidak baik seperti itu," ujar Jokowi usai mencoblos di TPS 18 Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2014).
Lalu, apakah serangan fajar yang terjadi saat ini dianggap oleh Jokowi cukup masif?
Baca Juga
Jokowi menilai, dengan bantuan para relawan dan tim pemenangannya di tiap daerah, aksi tersebut masih dapat ditanggulangi.
"Kalau ditangkap ya nggak masif. Lapangan begitu luas dari Sabang sampai Merauke," ujar Jokowi.
Advertisement
Berbeda dengan Jikowi yang meanggap serangan fajar menodai pesta demokrasi. Calon presiden nomor urut Prabowo Subianto malah berpikiran sebaliknya.
Prabowo tak menampik, saat menjelang pemilihan presiden, beberapa hari atau beberapa jam sebelumnya biasanya akan banyak tawaran uang politik. Ia pun menyarankan agar rakyat mengambil uang tersebut.
"Kalau ada yang nawari uang, terima saja. Ambil saja uangnya, masukin kantong tapi tetap coblos nomor satu," kata Prabowo dengan tegas. (Ein)