Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) meminta masyarakat tak langsung menyimpulkan penemuan keanehan Formulir C1 sebagai masalah kecurangan dan manipulasi yang terstruktur. Beberapa keanehan pada hasil pindaian formulir C1 yang diunggah ke web resmi KPU bisa jadi kekeliruan yang disebabkan kesalahan manusia.
"Mohon tidak digeneralisasi satu kasus semua sama, karena punya banyak TPS," kata Komisioner KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah di Kantor KPU, Jakarta, Kamis (17/7/2014).
Menurut Ferry, setiap laporan yang masuk belum tentu dapat dibuktikan di lapangan. Dia menambahkan, C1 yang faktual di lapangan itu tetap jadi dasar.
"C1 scan ada problem karena faktor human error. Perlu kita telusuri dan yang benar langsung di-upload kembali. Kalau ada upaya kecurangan penyelenggara, KPU akan tetap menelusuri," ujarnya.
Menurut dia, KPU secara teknis akan turun ke lapangan untuk menindaklanjuti laporan publik tentang adanya kesalahan yang perlu dikoreksi. Jika betul ditemukan permainan penyelenggara, KPU tidak akan beri ampun bagi pelakunya. Sebab, pelaku tersebut telah melanggar etik dan pidana.
Ferry memastikan KPU tidak akan menutup mata terkait masalah Pilpres. "Kebijakan KPU mengunggah formulir C1 ke web adalah upaya membantu masyarakat untuk ikut memantau," tandas Ferry.
Setelah pelaksanaan pemungutan suara ulang di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di 3 provinsi, yakni Jogjakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Barat, KPU menemukan indikasi kecurangan dalam formulir C1 atau formulir rekapitulasi suara di TPS. Yakni adanya 17 TPS di Kecamatan Ketapang, Sampang, Madura, dan Jawa Timur yang formulir C1-nya hanya dimenangi capres nomor urut 1 Prabowo-Hatta.
Selain itu, ada 2 TPS di Gunung Kidul, Yogyakarta, yang di dalam formulir C1-nya tidak terdapat jumlah pemilih.
KPU Telusuri Kecurangan Terstruktur Penyelenggara Pemilu
KPU meminta masyarakat tak langsung menyimpulkan penemuan keanehan Formulir C1 sebagai masalah kecurangan dan manipulasi yang terstruktur.
Advertisement