Liputan6.com, Jakarta - Hidup miskin dan hanya bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar di sekolah untuk kalangan menengah bawah, SDN 111 Tirtoyoso Solo, siapa sangka Joko Widodo akhirnya menjadi tokoh fenomenal di Republik ini. Dari orang tua hingga anak-anak, dari kota hingga desa, semua mengenal namanya: Jokowi.
Popularitas Jokowi mencapai puncaknya saat mengikuti Pemilihan Presiden 9 Juli 2014. Ke mana pun ia pergi, langkahnya selalu diikuti ratusan hingga ribuan orang. Rakyat rela berdesak-desakan demi hanya bisa melihat sosok dan bersalaman dengan pria kurus ini. Jokowi telah menjadi idola, sekaligus menjadi tumpuan harapan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya masyarakat kelas menengah bawah.
Lahir di bantaran sungai di Surakarta, 21 Juni 1961, dan tempat tinggalnya pernah digusur beberapa kali, putra pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo ini mulai memasuki kancah politik setelah bergabung dengan PDI Perjuangan. Sambil berpolitik, lulusan Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta itu tetap menjalankan profesinya sebagai pedagang mebel rumah dan taman, mewarisi usaha kayu yang telah digeluti keluarganya sejak lama.
Keterlibatannya di PDIP ternyata menjadi langkah awal bagi Jokowi untuk mengukir karirnya sebagai pejabat publik. Berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo, pada 2005, suami Iriana ini berhasil melenggang menjadi Walikota Solo.
Tentu kemenangan ini tidak diperoleh begitu saja. Saat mencalonkan diri sebagai Walikota Solo, banyak yang meragukan kemampuan bapak 3 anak --Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep-- ini.
Jokowi yang sewaktu kecil dipanggil Mulyono, tak berkecil hati. Berbekal pengalaman menyusuri kota-kota di Eropa saat menjajakan dagangan mebel dan bertemu para pembeli (buyer), Jokowi memantapkan diri untuk menjadikan Solo sebagai salah satu kota yang tak kalah dengan kota di Eropa.
Dimulai dengan pembentukan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, penataan pedagang kaki lima, memperbanyak ruang terbuka seperti taman kota, memelihara bangunan bersejarah, mengedepankan ekonomi kerakyatan, mengembangkan seni dan budaya, Jokowi berhasil mengubah wajah Kota Solo atau Surakarta menjadi kota pariwisata, budaya, dan batik.
Di bawah kepemimpinannya, Solo juga dikenal sebagai kota humanis dan pro-warga miskin melalui kartu sehat dan kartu pintar yang diberikan kepada warga tak mampu. Secara keseluruhan, Jokowi berhasil memberikan branding Kota Solo dengan moto "Solo: The Spirit of Java".
Atas dedikasi untuk kota kelahirannya, alumni SMPN 1 Solo dan alumni SMAN 6 Solo itu diganjar banyak penghargaan. Berkat keberhasilan ini juga, pada 2010 lebih dari 90% warga Solo kembali memilih dia sebagai walikota untuk periode kedua, dengan masa jabatan hingga 2015.
Selama memimpin Solo, Jokowi dikenal sebagai pemimpin sederhana, tegas, peduli rakyat, dan cepat bertindak. Jokowi tidak pernah mengambil gajinya. Dia juga tidak menggunakan mobil dinas baru saat menjabat. Jokowi tetap menggunakan mobil dinas peninggalan walikota sebelumnya.
Blusukan
Satu ciri yang juga tetap melekat pada Jokowi adalah kebiasaannya blusukan. Ya, Jokowi dikenal sebagai satu-satunya pemimpin di Indonesia yang rajin blusukan alias turun ke masyarakat. Jokowi tak segan mengunjungi kantung-kantung perkampungan miskin untuk mendengar langsung suara warga.
"Kalau kita tidak pernah turun ke bawah, tidak bersentuhan kulit dengan rakyat, bagaimana kita bisa merasakan keluhan rakyat? Apa yang menjadi aspirasinya? Saya rasa sulit sekali merasakan itu," ujar Jokowi saat kampanye Pemilu Presiden di GOR Waringin, Kota Raja, Jayapura, Papua, Kamis 5 Juni 2014.
Disebutkan, Jokowi hanya duduk di kantor kurang lebih 2-3 jam. Selebihnya terjun langsung ke lapangan, melakukan inspeksi mendadak, dan mengawasi pelaksanaan program.
Modal inilah yang dipakai Jokowi untuk merebut hati warga Jakarta saat mengikut Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012 lalu. Mengikuti Pilkada DKI, Jokowi awalnya tak diunggulkan, termasuk oleh partainya sendiri. Banyak yang meragukan kemampuannya untuk bisa memimpin Ibukota, apalagi menarik simpati warga Jakarta. Lawannya pun tak sembarangan, gubernur incumbent Fauzi Bowo.
Namun, Jokowi yang biasa dipanggil Joko di rumahnya, kemudian lebih akrab dipanggil Jokowi setelah seorang buyer mebel asal Prancis menyingkat namanya menjadi Jokowi, lagi-lagi bekerja keras menepis semua keraguan itu.
Menggandeng Bupati Belitung Timur, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Jokowi mantap mendaftar ke Kantor KPUD Jakarta sebagai calon gubernur periode 2002-2017. Keduanya datang menggunakan bus umum Kopaja. "Ini bukan cari sensasi. Saya hanya ingin membuktikan apakah Kopaja masih layak dipakai atau tidak. Ternyata sudah saatnya diganti," kata Jokowi saat itu, 19 Maret 2012.
Melangkahnya Jokowi ke gelanggang politik DKI semakin membuat namanya berkibar. Apalagi setelah dilantik sebagai Gubernur DKI pada 15 Oktober 2012, nama Jokowi tak lagi hanya disebut warga Solo dan Jakarta, tapi se-Indonesia. Bahkan internasional yang menyandingkan Jokowi dengan Presiden AS Barack Obama dan menyebut Jokowi sebagai Obama-nya Indonesia.
Untuk membuktikan kemampuannya mengurus Jakarta, belum genap 100 hari memerintah, Jokowi sudah membagikan Kartu Jakarta Sehat.
Advertisement
Ia juga tetap blusukan seperti masuk ke gorong-gorong di daerah Bundaran HI, Jakarta Pusat, untuk memantau kesiapan gorong-gorong menghadapi musim hujan. Pada awal Desember 2012, Jokowi meluncurkan Kartu Jakarta Pintar.
Jokowi juga membangun kampung deret untuk warga miskin, menormalisasi Waduk Pluit dan Ria Rio, sering sidak ke kelurahan, kecamatan dan instansi-instansi pemerintahan guna memantau langsung kinerja aparat pemerintahannya.
Dia juga menggelar lelang jabatan untuk mencari jajaran pemimpin yang bersih dan bekerja untuk melayani rakyat di DKI. Jokowi juga berhasil merelokasi pedagang kaki lima di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kesederhanaan
Satu hal yang tetap dipertahankan Jokowi meski sudah menjadi gubernur yakni kesederhanaan. Kendati sudah menjadi orang paling berkuasa di ibukota, Jokowi hanya menggunakan mobil Toyota Kijang Innova sebagai kendaraan dinasnya.
Pada hari pertama Lebaran 2013, Jokowi membawa istrinya blusukan ke Kampung Deret Tanah Tinggi, dan tanpa segan menyantap ketupat dan opor yang disediakan warga. Dia juga membagi-bagikan uang Lebaran Rp 5.000 sampai Rp 10.000 kepada anak-anak di kampung itu.
Jokowi adalah sosok yang unik. Sebagai pemimpin yang mencintai seni, ia kerap tak segan-segan mengekspresikan kesukaannya terhadap seni. Jokowi antara lain dikenal sebagai pecinta musik rock dan mengoleksi kaset-kaset musik rock, antara lain Guns N' Roses, Metallica, dan Iron Maiden. Dia sering berbaur dengan warga untuk menonton konser musik rock.
Kesederhanaan, kerja keras, prestasi, dekat dan peduli dengan rakyat, bersih dan popular, inilah yang kemudian menjadikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengusung Jokowi sebagai calon presiden pada Pilpres 9 Juli 2014.
Jokowi berpasangan dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan berhasil mengalahkan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Kemenangan ini otomatis membawa Jokowi sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia.
Wong cilik yang lahir di bantaran sungai itu kini menjadi presiden. (Sss)