Sukses

PKB Kecewa Tak Masuk Tim Transisi, Pengamat: Itu Konsekuensi...

Yang menarik, apakah Jokowi mampu keluar dari jebakan-jebakan transaksi politik yang keluar?

Liputan6.com, Jakarta - Pembentukan Tim Transisi yang dilakukan presiden terpilih Joko Widodo dinilai langkah tepat dalam mempersiapkan pemerintahannya pasca-dilantik 20 Oktober 2014 nanti. Pembentukan tim yang berkantor di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat itu juga dianggap sebagai budaya baru dalam politik di Indonesia.

"‎Ide transisi ini sangat baik, untuk gabungkan sebuah institusi demokrasi yang sustainable (berkelanjutan). Apalagi kita ketahui, namanya pekerjaan harus ada yang hands over (menangani)," ujar pengamat politik Dimas Okky Nugraha dalam sebuah diskusi di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (8/8/2014).

"SBY kan juga membentuk Tim Transisi juga, namun setelah muncul keputusan dari MK," pengamat Akar Rumput Strategic (ARS) itu.

Terkait munculnya kekecewaan dari partai koalisi, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tidak dilibatkan dalam Tim Transisi --yang terdiri dari 1 orang kepala staf dan 4 deputi-- menurut Dimas hal tersebut merupakan suatu kewajaran dan sebagai konsekuensi koalisi tanpa syarat yang diajukan Jokowi.

"Kalau ada orang yang ditinggalkan itu, kemudian kecewa, itu sebagai konsekuensi politik dari seorang Jokowi. Dia punya kekuasaan, dia punya otoritas. Jadi mestinya orang yang tidak happy itu dia harus bisa hormati keputusan Jokowi, karena itu prerogatif Jokowi sebagai presiden terpilih," kata dia.

Kendati, kata Dimas, di satu sisi Jokowi juga harus mempertimbangkan opsi bila pihak yang kecewa tersebut tetap bersikeras dan meminta kompensasi atas kerja kerasnya memenangkan dirinya selama ini. Tentunya, bukan dengan politik transaksional, yang bila dilakukan dapat mengurangi kepercayaan publik kepadanya.

"Jokowi katakan dia tolak politik transaksional, di saat yang sama dia harus melakukan negoisasi kekuatan politik di dalam dan di luar. Yang menarik, apakah Jokowi mampu keluar dari jebakan-jebakan transaksi politik yang keluar? Kompensasi apa yang ia tawarkan kepada kekuatan tersebut?" tanya Dimas.