Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi mengangkat mantan Kepala Badan Intelijen (BIN) AM Hendropriyono sebagai penasihat Tim Transisi Jokowi-JK. Terkait dengan pengangkatan tersebut, Jokowi mengaku tak peduli dengan rekam jejak Hendropriyono yang diduga tersangkut kasus hak asasi manusia (HAM) saat masih aktif sebagai Kepala BIN.
"Pak Hendro memangnya kenapa? Ya itu kan (terlibat kasus HAM) hanya katanya. Belum tentu juga (kebenarannya). Hal seperti itu kan repot juga," ujar Jokowi di Balaikota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (11/8/2014).
Jokowi mengaku sengaja memilih Hendropriyono sebagai penasihat lantaran melihat kemampuan dan pengalamannya yang lama berkecimpung di dunia intelijen. Terlebih, Hendropriyono telah didaulat sebagai guru besar bidang intelijen pertama di Indonesia.
"Kita kan lihat lewat visi dan misinya. Kita perlu ya supaya untuk menasihati, masalah intelijen, kita perlu tahu. Kita perlu ngerti," ucap Jokowi.
Jokowi pun mengaku dipilihnya pensiunan jenderal bintang tiga itu bukan atas rekomendasi atau usulan pihak mana pun, termasuk Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pemilihan Hendro ditegaskan oleh Jokowi atas keputusannya sendiri.
"Ndak ada. Masa rekomendasi, dari mana? Kita itu memburu, bukan rekomendasi-rekomendasi. Ada yang ngerti masalah intelijen, ada yang ngerti masalah militer, ada yang ngerti masalah ekonomi, agama, sosial, itu kombinasi beberapa hal‎," tegas Jokowi.
Tunjuk Jadi Penasihat, Jokowi: Pak Hendro Memangnya Kenapa?
Jokowi mengaku tak peduli dengan rekam jejak Hendropriyono yang diduga tersangkut kasus HAM.
Advertisement