Liputan6.com, Jakarta - Belum juga memulai memerintah, Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) langsung dihadapkan pada masalah kelangkaan BBM. Untuk mengatasinya pemerintah perlu menaikkan harga BBM bersubsidi.
Tapi pilihan ini pun bukan perkara mudah. Menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI), bila harga BBM dinaikkan, mala dapat berimbas pada menurunnya kepercayaan mayarakat pada Jokowi-JK.
Pendapat ini mengacu pada hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dimana 73,17% masyarakat Indonesia tidak setuju dengan kenaikkan harga BBM. Hanya 21,46% yang setuju harga BBM naik.
"Mayoritas publik tidak setuju dengan kenaikan BBM. Sementara, secara ekonomi kenaikan BBM diperlukan. Kebijakan kenaikan BBM membuat tingkat popularitas Jokowi merosot," kata peneliti LSI Rully Akbar, Kamis (28/8/2014).
Padahal, berdasarkan survei LSI, kepercayaan masyarakat kepada Jokowi-JK sangat besar. Karena itu, rencana menaikkanharga BBM dinilai sebagai ancaman pertama yang harus dihadapi Jokowi-JK diawal masa pemerintahannya.
"Kepercayaan masyarakat kepada Jokowi mencapai 71,73%. Ini kami sebut sebagai ancaman bagi Jokowi-JK," ungkap Rully.
Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan pada 24-26 Agustus dengan margin error 2,9%. (Yus)
LSI: Jokowi Naikkan Harga BBM, Kepercayaan Publik Bisa Merosot
73,17% masyarakat Indonesia tidak setuju dengan kenaikkan harga BBM. Hanya 21,46% yang setuju harga BBM naik.
Advertisement