Liputan6.com, Jakarta - Tim Transisi masih mengkaji segala kemungkinan yang terjadi saat pemerintahan Jokowi-JK menaikkan harga BBM. Sejauh ini, kajian menunjukkan harga BBM tidak akan dinaikkan pada Desember 2014 hingga Januari 2015 mendatang.
"Alternatifnya tidak Desember dan Januari. Sebab, inflasi dalam kondisi tinggi. Itu puncak belanja dan bersamaan libur Natal dan Tahun Baru. Seandainya tidak bulan itu, tidak November 2014, atau tahun berikutnya. Di sana ada puasa dan liburan sekolah," ungkap Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto di rumah Transisi, Jakarta, Senin (1/9/2014).
Setidaknya, tim sedang mengkaji dan menyimulasikan dampak yang ditimbulkan jika harga BBM naik, mulai dari Rp 500, Rp 1.000, Rp 1.500, dan RP 3.000. Selain itu, juga dilakukan simulasi saat SBY menaikkan harga BBM lalu dilanjutkan dengan Jokowi.
"Kami juga lakukan simulasi waktu kapan dilakukan. Pertama, kalau SBY naikkan harga, dilanjutkan Jokowi-JK. Kedua, SBY tidak naikkan, dan Jokowi naikkan," lanjut Andi.
Andi menyatakan, setiap kali harga BBM dinaikkan, ada ruang fiskal baru senilai Rp 37-51 triliun. Hal inilah yang akan dimanfaatkan Jokowi-JK untuk menjalankan program-program pro-rakyat.
"Kami memastikan ruang fiskal itu jadi program yang topang kesejahteraan rakyat," tutup Andi. (Sss)
Tim Transisi Jokowi Cari Saat Tepat Naikkan Harga BBM
Tim transisi juga sedang mengkaji dan menyimulasikan dampak yang ditimbulkan jika harga BBM naik.
Advertisement