Liputan6.com, Jakarta - Setya Novanto terpilih menjadi Ketua DPR. Dengan terpilihnya Bendahara Umum Partai Golkar ini dinilai akan memperburuk citra DPR lantaran nama Setya akrab dengan kasus hukum.
"Keberadaan Setya Novanto sebagai Ketua DPR pastinya akan memperburuk citra DPR yang namanya juga terpuruk dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, lebih 30 anggota DPR terlibat korupsi," jelas peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan di kantornya, Kalibata, Jakarta, Kamis (2/10/2014).
Berdasarkan data Transparency International Indonesia, pada 2009-2013 juga pernah menempatkan DPR sebagai salah satu lembaga paling korup di Indonesia.
Posisi Setya Novanto menjadi pimpinan DPR, kata dia, selain sebagai posisi strategis dalam politik juga menjadi cerminan DPR.
"Jelas posisi ketua itu menjadi penting. Selain stategis dalam kedudukan politik, posisi itu sebagai cerminan DPR. Bagaimana DPR bisa memperbaiki citranya jika pimpinan DPR saat ini juga tersangkut dalam perkara korupsi dan menjadi saksi dalam perkara korupsi yang ditangani oleh KPK," jelas Abdullah.
Di sisi lain, ICW juga meminta KPK segera membeberkan sejauh mana kedalaman kasus Setya Novanto.
"Karena itu dalam waktu dekat, Senin atau Selasa depan, ICW akan mendatangi KPK untuk memperlihatkan sejauh mana perkembangan kasusnya," tegas Peneliti ICW Emerson Yuntho.
Pada pemilihan pimpinan DPR yang berlangsung, Kamis 2 Oktober 2014 dini hari, lima nama pimpinan DPR dari Koalisi Merah Putih (KMP) akhirnya disahkan. Lima pimpinan terpilih itu adalah Setya Novanto (Golkar) sebagai ketua, lalu Fahri Hamzah (PKS), Fadli Zon (Gerindra), Agus Hermanto (Demokrat), dan Taufik Kurniawan (PAN) sebagai wakil ketua.
Setya sendiri tak mempersoalkan pihak-pihak yang merasa keberatan dengan dirinya. Bendahara Umum Partai Golkar itu menerima semua kritikan yang ditujukan untuknya.
"Ya, nggak masalah kan kalau dikritik-kritik begitu. Kita harus menerima segala kritikan baik dan buruk," kata Setya di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (3/10/2014).
Ia mengatakan, semua kritikan yang ia terima akan menjadi bahan pembelajaran untuk selalu mengevaluasi kinerjanya, baik secara pribadi maupun lembaga.
"Tentu semua kritikan ini akan menjadi suatu evaluasi untuk menjadikan suatu yang baik. Kalau memang ada suatu kelemahan-kelemahan terhadap pimpinan ya kita perbaiki untuk kinerja kita," ujar Setya. (Ans)