Liputan6.com, Jakarta - Menjelang voting pemilihan pimpinan MPR, hujan interupsi mewarnai rapat paripurna di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (7/10/2014) malam. Namun, Ketua MPR sementara yakni Maimanah Umar (74) dari DPD melayani satu per satu interupsi dari beberapa anggota MPR.
Setelah mendengar usulan anggota MPR, Maimanah akhirnya memutuskan voting atau pemungutan suara ditentukan Paket A dan Paket B.
Namun, karena ada 2 paket berbeda yang diusulkan, maka sesuai Tatib sidang MPR pasal 21 ayat 7 pemilihan dilakukan melalui pemungutan suara bukan musyawarah mufakat.
"Karena ada lebih dari satu paket, maka pemilihan akan dilakukan melalui mekanisme pemungutan suara," kata pimpinan MPR sementara, Maimanah Umar.
Paket A, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mengajukan nama Oesman Sapta Odang sebagai calon Ketua MPR dan empat Wakil Ketua MPR yang terdiri dari Ahmad Basarah (PDIP), Imam Nachrowi (PKB), Patrice Rio Capella (Nasdem), dan Azrul Azwar (PPP).
Sementara Paket B, Koalisi Merah Putih (KMP) menyodorkan nama Zulkifli Hasan sebagai calon Ketua MPR dan empat Wakil Ketua MPR yang terdiri atas Mahyudin (Golkar), EE Mangindaan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta Odang (DPD).
Saat voting, para anggota MPR diusulkan dilarang membawa alat komunikasi. Ketua MPR sementara pun setuju.
Selanjutnya, calon ketua MPR menyampaikan visi misi. Giliran pertama adalah Oesman Sapta. "Mari kita rebut yang tertinggi, yaitu Ketua MPR," ucap Oesman yang diusung KIH.
Sementara Zulfifli Hasan yang diusung KMP menyatakan dirinya tidak berencana menjadi Ketua MPR. "Tidak pernah mengejar jabatan MPR, tapi garis tangan (saya) sampai di sini," tukas Zulkifli. Ia pun sempat berpantun mengenai hal itu.