Sukses

Tepis Jegal Jokowi, Ical Sebut Merah Putih untuk Indonesia Hebat

Koalisi Merah Putih diduga akan menjegal dan melengserkan Jokowi. Ical membantah hal tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Koalisi Merah Putih (KMP) yang menguasai kursi pimpinan DPR dan MPR diduga akan menjegal dan melengserkan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Namun hal itu dibantah Ketua Presidium KMP Aburizal Bakrie (Ical).

Ketua Umum Golkar tersebut menegaskan bahwa kabar pemakzulan Jokowi itu adalah hal yang dibesar-besarkan. Ketua Umum Golkar itu menegaskan tidak ada masalah antara kubu KMP dengan Koalisi Indonesia Hebat yang mendukung Jokowi.

"Sebenarnya tidak ada masalah antara kita. Kompetisi sudah usai. Kita biasa saja dengan PDIP. Lihat saja dengan Pak Jokowi kemarin kita juga tertawa. Indonesia itu ingin kita kompak. Yang ada Merah Putih untuk Indonesia Hebat," ujar Ical di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu (15/10/2014).

Sementara itu, anggota KMP dari PAN sekaligus Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan pihaknya tak pernah berniat untuk melengserkan Jokowi. Kata dia, kabar tersebut merupakan fitnah.

"Itu fitnah dan bisa disebut serangan terhadap KMP. Kita mendukung penuh jika semuanya menyangkut kepentingan rakyat," ujar Zulkifli yang merupakan besan Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais tersebut.

Sebelumnya anggota DPR dari PDIP Masinton Pasaribu mengungkapkan Koalisi pro-Prabowo Subianto memiliki rencana terselubung. Rencana itu adalah upaya impeachment atau pelengseran presiden terpilih Jokowi dalam waktu dekat.

"Mereka (koalisi pro-Prabowo) itu tirani parlemen. Targetnya yang saya dengar dari mereka yang ikut koalisi, mereka mau 1,5 tahun impeachment. Niatnya sudah buruk. Bukan koalisi yang jalankan program pro-rakyat. Kalau ada kesan pro-rakyat, itu bungkusnya, tapi mereka mau pecat presiden yang dipilih secara demokratis," ujar Masinton.

Masinton menjelaskan taktik untuk melakukan pelengseran terhadap Jokowi sudah dilakukan saat ini. Buktinya adalah dikuasainya DPR dan MPR. Kemudian pemilihan alat kelengkapan Dewan serta pimpinan komisi pun diatur dengan voting melalui UU MD3 yang telah direvisi.

"Praktiknya sudah sistematis. Mereka desain UU MD3, semuanya di DPR dipilih berdasar paket. Besok ada paripurna dan besok itu krusial karena pembagian komisi-komisi serta kelengkapan dewan. Mereka tutup ruang musyawarah," imbuh dia.

"Yang mereka tampakkan itu menang-menangan atau voting. Aku miris ketika saksikan pemilihan Ketua MPR. Ekspresi mereka itu kayak dendam karena bisa kalahkan kami," tandas Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) itu. (Ans)