Sukses

Waspada Pencitraan 2014

Pemilu 2014 membuat tahun ini menjadi ajang menjaga citra partai politik dan para calon legislatif.

Citizen6, Jakarta: Pemilu 2014 membuat tahun ini menjadi ajang menjaga citra partai politik dan para calon legislatif. Jatuh menjatuhkan citra partai menjadi senjata paling utama. Waktu yang singkat untuk membuat citra partai lebih baik di tahun 2014 sehingga menjadi "waspada" pencitraan partai dan para calon legislatif.

Menjadi hal yang umum saat ini ketika berbagai kasus di pemerintahan terus terungkap. Mulai dari kasus proyek Hambalang, kasus Djoko Susilo yang juga mencalonkan sebagai anggota legislatif, kasus Susno Djuadi terkait simulator SIM, kasus suap daging impor LHI dan Fathonah. Semakin terlihat bahwa persaingan pencitraan antar partai begitu terasa. Pencitraan seakan terus mengawasi kesehariannya, sehingga mereka hadir bagai malaikat yang pro rakyat dan hidup seperti rakyat. Satu partai ini mengangkat suara rakyat seakan satu hati. Satu partai lain  memberikan hal baru untuk menarik perhatian rakyat yang mulai bosan dengan keadaan pemerintahan. Semua untuk pencitraan di pemilu 2014.

Membangun citra suatu partai juga calon legislatif tak semudah membalikkan tangan tetapi berbeda saat menghacurkan citra partai seperti dengan membalikkan tangan. Banyak politisi partai terkena kasus korupsi sehingga dalam sesaat partai menjadi topik terhangat.
 
Citra partai juga para politisi se-sungguhnya dikembalikan kembali kepada masyarakat. Masyarakat yang mempunyai mata tersendiri dalam melihat setiap partai juga politisi ataupun calon legislatif  nantinya. Citra yang dekat dengan rakyat kecil, merasakan jerih payah aktivitas kesehariannya, sering terlihat oleh masyarakat,  mengetahui aspirasi rakyat kecillah yang menjadi tujuan para partai dan politisi. Memperebutkan pencitraan masyarakat bagaikan memperebutkan piala untuk pemilu 2014.

Pencitraan yang sering didengar masyarakat iyalah para artis. Artis yang sering hadir di televisi, artis yang selalu ter-dengar ceritanya di setiap infotaiment dalam kegiatan sosialnya. Citra inilah yang menjadi langkah tercepat para partai untuk mempermudah pencitraan. Terdapat 18 calon anggota legislatif yang berupa artis.


Kursi bercitra uang

Semua partai bersamaan menjaga partainya dari kasus-kasus politik. Tak dipungkiri satu partai mengungkap kasus partai lain di medianya, menjatuhkan citra partai lain. Semua partai menunjukkan bahwa partainya pro rakyat, prioritas utama adalah kesejahteraaan rakyat. Citra inilah yang membuat paradigma masyarakat penuh dengan citra partai yang hanya ucapan nyatanya tak direalisasikan.
 
Tak hanya citra yang dimiliki partai terhadap masyarakat tetapi adapula citra sesama calon legislatif. Citra yang terbetuk di dalamnya. Citra yang hadir sebagai landasan sebuah kursi pemerintahan. Mempunyai dana besar untuk duduk di bangku legislatif maka dialah yang mendapatkannya. Inilah citra yang hadir di bangku legislativ, bukan kualitas yang dipentingkan melainkan kuantitas danalah yang menjadi tolak ukur pemenangan kursi legislatif. Kualitas para calon legislatiflah yang akan menjadi penentu bangsa ini ke depannya. Bukan dana yang ada dikantong mereka bangsa ini dapat hidup, tetapi ditangan para anggota legislatiflah rakyat bisa hidup. Bukan karena dana mereka besar bangsa ini terbebas dari hutang tetapi bisa karena tangan mereka ini bangsa kita bisa lebih berhutang.

Bukan yang diwaspadai adalah citra semata tetapi kualitas para politisilah yang juga harus terus diwaspadai untuk mendapatkan orang yang berkualitas. Bukan calon legislatif yang mempunyai citra tetapi hanya dapat memainkan telpon genggam selama sidang berlangsung atau bahkan tak tahu bagaimana melakukan voting, interupsi, dan aklamasi.


Layak baju sehari-hari

Layaknya baju, pencitraan selalu digunakan setiap harinya. Ketika melakukan kegiatan setiap individu politisi menjaga citranya, melakukan kegiatan yang meningkatkan citra yang baik dimata masyarakat, hingga bisa sampai memanggil media untuk meliputnya. Individu atau kelompok politisi melakukan kegiatan sosial demi citra, politisi mulai berkampanye ke masyarakat kecil, mencari hati para rakyat agar memberikan suaranya dipemilu. Layaknyanya baju dipakai kemana-mana menjadi bahan yang melapisi diri, begitu pula citra yang dipakai politisi setiap hari, setiap waktu, setiap perlakuan, dan setiap perkataan.

Bagi masyarakat menengah kebawah yang dibutuhkan tidak hanya kepintaran, wibawa, ataupun segala prestasinya tetapi bukti nyata dari adanya sebuah pemimpin ataupun wakil rakyat nantinya. Sudah terlalu lelah bagi masyarakat mendengar semua janji yang sama, janji yang diutarakan bagaikan harapan palsu ataupun bualan. Kembali kepada masyarakat yang memiliki kaca mata tersendiri untuk melihat politisi, partai ataupun calon wakil rakyat nantinya yang dapat memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya wakil rakyat yang memperjuangkan kepentingan individu dan kelompok tetapi nyata untuk bangsa ke depannya. (mar)

Penulis
Qurrota Ayun Chusna
Jakarta, qurrotaayunchuxxx@gmail.com

Baca juga:
Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah yang Kebablasan
Peran Intelijen Semakin Dibutuhkan Hadapi Ancaman Asimetris


Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 3 Januari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com, Dyslexis Cloth, dan penerbit dari Gramedia bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Video Terkini