Sukses

Tinggal di Pengungsian, Muslim Rohingya Khusyuk Jalani Ramadan

"Alhamdulillah masyarakat Indonesia sangat ramah dan saling mencintai sesama manusia. Itu yang membuat kami sayang Indonesia."

Liputan6.com, Makassar - Meski tinggal di pengungsian, para pengungsi Muslim Rohingya khusyuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 2015. Para pengungsi Rohingya di Makassar, Sulawesi Selatan, mengisi Ramadan mereka dengan banyak kegiatan seperti mengaji, berzikir dan salat tarawih berjemaah.

Muhammad Alam, pengungsi Rohingya yang ditemui di pengungsian Pondok Merah di Jalan Pettarani 2 Kecamatan Panakukang Makassar, mengatakan, seluruh pengungsi berbaur dengan masyarakat setempat saat menjalankan ibadah tarawih pada Rabu 17 Juni 2015 malam. Demikian juga saat melaksanakan salat wajib lima waktu.

"Kami semua salat berjemaah dengan masyarakat sini di masjid terdekat. Seperti semalam kami salat tarawih berjemaah di masjid. Begitu juga ketika salat 5 waktu, semuanya kami lakukan di masjid dengan berjemaah," kata Alam kepada Liputan6.com.

Pengungsi Muslim Rohingya di Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Kebiasaan masyarakat Muslim di Makassar dalam menjalankan ibadah Ramadan, ungkap Alam, hampir sama dengan kebiasaan yang dilakukan Muslim Rohingya saat masih tinggal di kampung halaman mereka di Myanmar.  

Hanya saja bedanya, di kampung halaman Alam salat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat di luar salat witir. Sementara di masjid dekat pengungsian, salat tarawih dikerjakan hanya 8 rakaat.

"Iya itu aja bedanya. Tapi itu kan hanya perbedaan mazhab saja tidak dijadikan masalah. Intinya masyarakat Muslim di sini, kami sangat menyukai karena toleransi beragamanya sangat tinggi, di mana non Muslim saja yang ada di sekitar sini menghormati bulan suci Ramadan," ungkap Alam.

Alam mengakui, selama 4 tahun tinggal di pengungsian Pondok Merah, dia bersama teman-teman pengungsi Muslim Rohingya lainnya akrab dengan masyarakat setempat.

"Terkadang banyak masyarakat di sini memberikan kami makanan. Alhamdulillah masyarakat Indonesia sangat ramah dan saling mencintai sesama manusia. Itu yang membuat kami sayang Indonesia. Kami pengungsi di sini saja dilayani layaknya seperti sudah sebagai masyarakat asli sini," tandas Alam. (Sun/Nrm)