Sukses

Pemijat Cilik Musiman di Bulan Ramadan

Taufik meminta upah Rp 5000 per jam untuk jasanya memijat warga yang beristirahat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Sulawesi Selatan.

Liputan6.com, Makassar - Tak seperti anak lainnya yang memilih bermain, Taufik (12) justru memanfaatkan liburan sekolah yang bertepatan dengan Ramadan tahun ini untuk mencari uang. Caranya pun unik, yakni menawarkan jasa pijat kepada warga yang tengah beristirahat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, Sulawesi Selatan.  

"Saya di sini dari pagi sampai sore, jelang waktu buka puasa baru pulang ke rumah. ‎Biasanya dapat hasil sekitar Rp 100 ribu sehari," kata Taufik  yang merupakan warga Jalan Sunu Makassar, saat ditemui Liputan6.com, Minggu (21/6/2015), di masjid tempatnya beroperasi.

Dia mengatakan, untuk jasanya memijat warga yang sedang beristirahat di Masjid Al Markaz, Taufik meminta upah Rp 5000 per jam. "Urutnya pakai minyak urut yang dibeli dari toko. Kemudian kayu urutnya dibuatkan oleh bapak di rumah. Yang diurut dari tangan hingga kaki," ‎ujar Taufik.

Taufik jadi pemijat musiman selama Ramadan untuk mengisi waktu liburan sekaligus menambah uang jajan. "Daripada bosan di rumah mending saya ke Masjid Al Markaz, tawarkan pijat sama orang yang sedang istirahat karena berpuasa. Sekalian juga hasilnya dikumpul-kumpul bantu bapak di rumah," ungkap Taufik. Maklum saja, bapaknya hanya seorang pekerja serabutan.

Salah seorang warga yang menikmati jasa pemijat cilik ini, M Hasim, mengaku senang dipijat oleh Taufik. Karena selain murah, bisa dinikmati sambil berbaring menunggu waktu buka puasa.

"Saya senang sama mereka karena kreatif manfaatin hari liburnya di bulan puasa. Saya tadi sempat cerita-cerita kalau dia berstatus anak sekolahan. Tiap tahun atau bulan Ramadan saya sering ke sini istirahat baring-baring," ucap Hasim. (Sun/Bob)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini