Sukses

Tak Ada Jemaah Banten Korban Mina, Kemenag Imbau Waspada Penipuan

Kanwil Kemenag Banten mengimbau pula keluarga jemaah haji tak mudah percaya dengan informasi yang beredar di luar terkait tragedi Mina.

Liputan6.com, Serang - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Banten memastikan tidak ada jemaah haji asal provinsi tersebut yang menjadi korban meninggal dalam tragedi Mina pada Kamis 24 September lalu.

"Tidak ada jemaah haji asal Banten yang menjadi korban. Tapi kalau tragedi jatuhnya crane (di Masjidil Haram, Mekah) memang ada satu, asal Kabupaten Tangerang. Itu juga cuma patah tulang dan luka-luka," ucap Kepala Kanwil Kemenag Banten Moh Agus Salim di Serang, seperti ditulis pada Selasa (29/9/2015).

Agus pun meminta kepada keluarga jemaah haji tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di luar. Sebab secara resmi hanya pemerintah yang bisa menyampaikan informasi. Meski begitu, Kemenag Banten tak menutup diri jika ada informasi terkait meninggalnya jemaah haji dalam tragedi Mina.

Hingga saat ini, tercatat ada 14 anggota jemaah haji asal Provinsi Banten yang meninggal dunia karena sakit, seperti kelelahan, sakit jantung, dan darah tinggi.

"Saat ini banyak penipuan dengan modus mengabarkan berita buruk lalu meminta biaya (uang). Semua kebutuhan jemaah haji sudah diurus pemerintah Arab Saudi. Jadi keluarga yang di sini jangan khawatir," tegas Agus.

Sejauh ini pemerintah Arab Saudi merilis sebanyak 1.150 foto korban tragedi Mina. Foto tersebut dirilis dalam 3 tahap. Tahap pertama dilakukan pada Jumat 25 September 2015 yang berjumlah sekitar 500 foto. Tahap kedua, pada hari berikutnya, 26 September 2015 yang berjumlah 350 foto.

Tahap ketiga, ketika Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berkunjung ke Majma' Ath-Thawary bil Mu'aishim di Kota Mekah atau tempat pemulasaran jenazah korban tragedi Mina, yang berjumlah sekitar 300 foto.

Hingga Selasa pagi WIB tadi, jumlah korban tragedi Mina asal Indonesia yang meninggal 46 orang yang terdiri dari 41 jemaah haji dan 5 mukimin atau orang Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. (Ans/Ein)

Video Terkini