Sukses

Mentan Tegaskan Bahan Pokok Aman Jelang Lebaran

Pemerintah akan melakukan pengendalian impor pangan dan perbaikan rantai pasok.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan ketersediaan pangan pokok aman khususnya bawang merah, daging ayam,  gula pasir dan beras menjelang Hari Raya yang berlangsung pada Juni-Juli. Selain itu, harga bahan pangan itu sudah turun, dan stabil.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), bawang merah ketersediaannya 251.513 ton melebihi kebutuhan yang hanya sebesar 175.642 ton, gula pasir ketersediaanya 772.800 ton melebihi kebutuhan 544.500 ton, beras 7.417.487 ton juga melebihi kebutuhan yang hanya 5.626.400 ton. Sementara untuk daging ayam pun ketersediannya 493.985 ton melebihi kebutuhan 217.144 ton bahkan sudah diekspor ke Myanmar.

Sementara terkait harganya, ditargetkan bawang merah turun menjadi Rp 25.500 per kg, beras medium Rp 9.500 per kg, gula pasir Rp 12.500 per kg, dan daging ayam dengan harga minimal Rp 30.000 per kg dan maksimal Rp 32.500 per kg. Untuk daging sapi sedang diupayakan agar harganya turun ke Rp 80.000 per kg.

"Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, kita akan terus melakukan operasi pasar secara besar-besaran dan memperbaiki rantai pasok. Ini persoalan tidak bisa diselesaikan satu hari, butuh waktu. Harapannya, petani sejahtera dan konsumen mendapatkan harga yang wajar," kata Amran saat memberikan arahan pada Fokus Group Diskusi mengenai kesiapan bahan pokok menjelang Hari Raya di Jakarta, Kamis (2/6/2016).

Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber dari Kementan, Kementerian Perhubungan, Badan Pusat Statistik, akademisi, pemerhati dan asosiasi yang bergerak di bidang pertanian.

Ke depan, Amran menyampaikan setelah memperbaiki regulasi, infrastruktur, dan tata niaga berencana melakukan pengendalian impor pangan dan perbaikan rantai pasok.  
 
Dalam perbaikan rantai pasok, Kementan telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Koperasi dan UKM agar kelompok tani dapat berkolaborasi dengan koperasi dan jasa transportasi. Dengan begitu, rantai pasok pangan yang dihasilkan petani menjadi efisien sampai ke konsumen.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengapresiasi langkah Kementan yang membeli langsung pangan di petani dan mendistribusikan langsung ke Bulog dan pasar.

"Ini memotong rantai pasok yang selama ini terlalu panjang. Banyak tangan-tangan lain sebelum pasokan pangan itu masuk pasar induk," ujar Abdullah.

Terkait melambungnya harga daging sapi, Juan Permata Adoe, Wakil Umum Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan menyampaikan ada faktor-faktor yang di luar kendali industri dan pemerintah yang menyebabkan harga naik. Penyebab instabilitas harga pangan dan permasalahan pangan dari tahun ke tahun tetap sama. Ia menuturkan, penyelesaiannya tidak gampang dan selalu ada yang dijadikan kambing hitam.

Juan menjelaskan jika ingin mencapai harga daging sapi Rp 80.000 per kg dipastikan dapat diperoleh dari daging beku. Sementara, untuk menurunkan harga daging sapi segar di pasar dapat dilakukan dengan impor dengan syarat pembatasan berat sapi masuk maksimal 350 kg, masa penggemukan 120 hari dan pengenaan bea masuk 5 persen.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum KTNA Nasional, Winarno Tohir menyoroti tingginya biaya distribusi yang mencapai 21 persen yang mencerminkan belum efisiennya sistem distribusi.

 "Terkait impor agar hanya dilakukan dalam keadaan ‘terpaksa’ saja dan petani menginginkan agar harga distabilkan juga perlu jaminan harga bagi petani," ujar Winarno. (Ahm/Ndw)