Sukses

Begini Saat Umat Muslim di Kenya Memaknai Ramadan

Selama berabad-abad, umat muslim hidup berdampingan dengan penduduk non-muslim di Kenya.

Liputan6.com, Nairobi - Berabad-abad lamanya umat muslim telah hidup di Kenya. Sekitar 11 persen dari total populasi di negara itu menganut agama Islam.

Komunitas muslim tinggal di daerah pesisir,  salah satunya di Kota Mombasa di mana hampir setengah warganya beragama Islam.

Berbicara mengenai Ramadan, beberapa orang muslim di Mombasa berbagi cerita mengenai arti bulan suci Ramadan bagi mereka.

Aseef Akram (25), bercerita mengenai seperti apa pelaksanaan Ramadan di kota tersebut dan bagaimana ia memaknainya.

"Sikap warga Mombasa sangat ramah. Kamu bisa bergabung dengan semua orang, walaupun tidak saling kenal. Jika aku tidak mengenalmu dan kamu tidak mengenalku, kita tetap bisa berbuka puasa dan salat bersama," kata Aseef.

Dikutip dari Aljazeera.com, Kamis (16/6/2016), Aseef bercerita mengenai semangat Ramadan di kotanya, budaya menghargai mereka yang berpuasa, dan menu berbuka puasa tradisional, makanan yang terbuat dari kelapa.

"Bagiku, selama Ramadan aku cenderung merasa lebih terhubung dengan Tuhan, sang pencipta," kata Aseef.

Sementara itu di bagian barat Kota Kisumu, Fauza Asya Kombo, memetik dan menjual pisang untuk membiayai kehidupan dia dan lima orang anaknya.

Sejak suaminya meninggal, Fauza menjadi tulang punggung keluarganya dan tak pernah mengeluh.

"Ketika kami selesai berbuka puasa, kami memberikan jika ada roti yang tersisa kepada tetangga. Jangan membuang makanan," kata Fauza.

Di sisi lain, Arafat Bin Talebis, seorang pelajar kelas enam SD di sebuah sekolah khusus anak yatim piatu mengatakan, dia memaknai Ramadan dengan membaca Alquran.

"Bagiku, bulan Ramadan ini seperti petunjuk. Jika aku melakukan kesalahan sebelum Ramadan, aku akan menghindari kesalahan yang sama," kata Arafat.

Bulan suci Ramadan juga menjadi ajang kompetisi hafal Alquran bagi anak-anak madrasah di Tanzania dan Uganda.  

Video Terkini