Sukses

Intip Tantangan Unik Ramadan bagi Remaja Muslim New York

Ramadan melatih orang menang menghadapi tantangan. Jenis tantangan bagi remaja Muslim di New York kali ini terbilang unik. Seperti apa, ya?

Liputan6.com, New York - Bagi Muhammad Hannan dan para siswa Muslim lainnya di New York, Ramadan kali ini berisi emosi yang kontras dan saling bertentangan.

Kegembiraan berbuka puasa sempat terganggu oleh peristiwa penembakan masal di kelab LGBT di Orlando, Florida. Lalu, rasa frustrasi untuk terus menerus menjawab pertanyaan tentang haknya berada di AS.

Dikutip dari New York Times pada Selasa (21/6/2016), Hannan (17) mengatakan, "Saya tidak mengerti. Islam itu adalah agama damai. Selama Ramadan, kami bahkan tidak boleh mencaci. Orang tidak seharusnya melakukan apapun yang buruk." 

Ramadan biasanya menjadi saat favorit bagi siswa yang bersekolah di Abraham Lincoln High School, Coney Island, Brooklyn, tersebut.

Kali ini, Ramadan bertepatan dengan Regents, yaitu rangkaian ujian akhir negara bagian New York yang diikuti hampir semua siswa sekolah menengah di negara bagian.

Lalu, pada Minggu lalu, Omar Mateen yang dilahirkan di New York menembaki para pengunjung kelab Pulse di Orlando, negara bagian Florida. Berselang sehari, Donald J. Trump mengulangi seruannya agar kaum Muslim dilarang memasuki AS. Mendadak, teman-teman sekolahnya mulai mengutip Trump dalam kelas.

Hiasan restoran di Brooklyn. Ramadan melatih orang menang menghadapi tantangan. Jenis tantangan bagi remaja Muslim di New York kali ini terbilang unik. (Sumber New York Times)

Hannan membela diri dalam kelas, "Kalau orang bisa membedakan orang kulit putih dan KKK, setidaknya orang itu harus bisa membedakan Muslim dan ISIS."

Salwa Mozzeb (15) sedang menyelesaikan tahun pertama di Millennium Brooklyn High School, Park Slope. Mengenai Trump, siswi berhijab itu mengatakan dalam aksen Brooklyn yang kental, "Ah, orang itu kacau sekali. Saya dibesarkan di sini. Amerika adalah rumah saya."

Mesjid Turki di Brighton Beach. Ramadan melatih orang menang menghadapi tantangan. Jenis tantangan bagi remaja Muslim di New York kali ini terbilang unik. (Sumber New York Times)

Setelah penembakan di Orlando, Abdulnoor Mozzeb (39), memperingatkan agar putrinya berhati-hati terutama ketika berada di kereta bawah tanah. Pria naturalisasi dari Yaman ini meminta putrinya agar duduk dengan masinis.

Kata putrinya, "Saya hanya ingin menjadi seperti remaja 15 tahun lainnya di sini. Saya ingin nongkrong. Saya tidak ingin stres karena perasaan berbeda hanya karena saya seorang Muslim."

Sang ayah sepakat mengenai itu, katanya, "Dia wanita yang kuat. Ketika berurusan dengan identitas, lalu ada orang yang tidak hormat, kita harus tegas."