Liputan6.com, Jakarta - Beroperasinya tol Cikampek-Palimanan atau Cipali pada Juni 2015, berdampak signifikan terhadap aktivitas di jalan arteri Pantai Utara atau Pantura. Begitu juga saat mudik Lebaran.
Bahkan, angka kemacetan di jalur Pantura menurun hingga 60 persen. Kendaraan yang lalu lalang di jalan sepanjang 298 kilometer itu, mayoritas sepeda motor dan truk besar.
"Tahun kemarin ada penurunan 60 persen, karena ada tol Cipali. Cukup signifikan setelah dinormalkan Cipali," kata Kepala Satuan Kerja Wilayah I Jawa Barat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN IV) Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat T Yuliansyah, Subang, Jawa Barat, Jumat (24/6/2016).
Yuliansyah mengatakan pemerintah pusat pun mengurangi alokasi dana untuk perawatan jalan Pantura hingga 50 persen, dari Rp 400 sampai 500 miliar menjadi Rp 200 miliar.
"Kegiatan Pantura dengan adanya Cipali, alokasi anggaran Pantura turun 50 persen. Tahun lalu bisa Rp 400 sampai 500 miliar, sekarang hanya 200 Rp miliar," ujar dia.
Menurut Yuliansyah kondisi persimpangan Jomin saat ini menjadi indikasi menurunnya kepadatan di Jalur Pantura. Sebelum ada tol Cipali, simpang Jomin menjadi sumber kemacetan, tapi saat ini kondisi lalu lintas di persimpangan itu relatif sepi.
"Simpang Jomin sulit dibebaskan karena biang kerok macet. Sejak mobil banyak ke Cipali, simpang Jomin longgar. Simpang Jomin memang jadi titik crowded, tapi sekarang lebih pada sepeda motor," jelas dia.
Hal kedua yang mengindikasikan jalur Pantura tak seramai dulu, adalah tutupnya restoran-restoran pinggir jalan yang biasa dijadikan tempat persinggahan para pemudik.
"Pantura dulu banyak restoran, tapi sekarang sudah bangkrut dan hanya beberapa yang masih bertahan," tutup Yuliansyah.