Liputan6.com, Sydney - Seperti layaknya umat muslim di seluruh dunia, Fatimah merupakan salah satu umat Islam yang sedang menjalani bulan suci Ramadan.
Bagi Fatimah, Ramadan tidak hanya tentang berpuasa selama satu bulan penuh, tapi ada hikmah lain di dalamnya.
"Puasa membuat empati kita makin kuat," kata Fatimah.
Advertisement
Fatimah melanjutkan sekolah manajemen kesehatan di Sydney. Ia unjuk bicara, seperti apa rasanya menjalani Ramadan di Negara Kanguru tersebut.
Baca Juga
Seperti yang dikutip dari Smh.com.au, Selasa (28/6/2016), sebuah restoran di Greenacre, selatan Sydney, Al Aseel Lebanese, menyediakan sebuah suasana yang akan membuat Anda melupakan semua konflik dan perbedaan agama.
Dibuka setiap hari pada pukul 17.00 selama Ramadan, banyak orang berdatangan ke tempat tersebut untuk menyambut iftar atau berbuka puasa.
Tempat itu memiliki suasana yang hangat, dengan sajian makanan seperti shish taouk, falafels, dan kafta, yang akan mengiringi senda gurau.
Seorang imigran, Ahmad, saat itu juga berada di restoran itu untuk menikmati buka puasa bersama keluarganya.
Lima belas tahun sudah, Ahmad yang merupakan warga Lebanon, tinggal di Australia.
"Bagiku dan keluarga, Ramadan bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus. Tapi juga memberi, berdoa, dan membaca Alquran.
Seorang imigran lainnya, Asif, mengatakan dia memaknai Ramadan sebagai suatu bentuk untuk berbagi kepada sesama.
"Teman kampusku bertanya, 'aku puasa untuk diet?' Aku berkata, aku hanya ingin merasakan orang lain yang tidak bisa makan tiga kali sehari," kata Asif.
"Ramadan itu bukan hukuman. Anakku, Jasmine, bahkan pernah bertanya apakah kami diperbolehkan untuk mandi selama puasa. Ha-ha-ha, tentu saja boleh," kata Adala, pengunjung restoran.
Adal bahkan menyatakan putrinya yang berusia 12 tahun bersikeras untuk berpuasa dan menabungkan semua uangnya selama Ramadan.
"Ramadan itu tentang menghargai apa yang Anda miliki," kata ibu Jasmine itu.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.