Sukses

Selama 10 Tahun, Pria Ini Konsisten Sediakan Bubur Gratis Ramadan

Pria berumur 50 tahun tersebut telah 10 tahun membagikan bubur secara cuma-cuma.

Liputan6.com, Singapura - Seorang pria gagah dan riang, Dass Elangovan, mengatakan dengan percaya diri bahwa banyak orang berkata bubur terenak ada di Block527--warung bubur miliknya.

Antrean panjang yang dimulai kedai kopi Shaik Abdul Kader Al-Jailani Makan Place di Bedok North hingga trotoar di luarnya tersebut menunjukkan bahwa sesuatu yang spesial sedang dimasak.

Setiap hari selama bulan Ramadan, ratusan orang mengantre untuk mendapatkan bubur gratis yang diracik langsung oleh Elangovan. Ia telah melakukan hal tersebut setiap tahunnya selama 10 tahun terakhir.

"Kami senang untuk membuat acara multiras ini. Melayu, China, dan India dapat datang untuk menikmati bubur," ujar pria berumur 50 tahun tersebut yang menghabiskan sekitar 30 ribu dolar Singapura atau Rp 292,6 juta setiap tahunnya untuk mengadakan kegiatan membagikan bubur.

Elangovan memperoleh resep tersebut dari seorang kerabat yang memasak untuk keluarganya. Namun, ia menggunakannya untuk membantu lainnya di komunitas tempatnya tinggal.

Dimulai dengan satu mangkok bubur, saat ini ia harus memasak tiga kali sehari. Dengan itu, ia dapat memberi makan ribuan orang. Dikutip dari Asia One, Senin (4/7/2016), pria itu membutuhkan waktu 6 jam untuk memasak semua bubur.

"Cara itu telah berhasil menjangkau penduduk," ujar Sekretaris Parlemen Pendidikan dan Pengembangan Sosial dan Keluarga, Muhammad Faishal Ibrahim, yang turut membantu mendistribusikan bubur kepada para warga.

Ia juga menambahkan terdapat rencana untuk memperluas pendistribusian bubur dengan mengirimkannya ke rumah-rumah warga.

"Kita dapat memakan bubur itu untuk sarapan dan hal tersebut dapat membantu membangun hubungan antara warga dan pemilik bisnis," ujar Azrui Malarouf (46 tahun) yang juga merasa bersyukur atas kebaikan Elangovan.

Direktur bisnis kedai kopi milik Elangovan, Muhammad Abdul Kadir (69 tahun), juga membantu mendistribusikan bubur.

"Kami akan terus melakukan hal ini selama masih hidup," ujarnya.