Liputan6.com, Makassar - Menjelang Idul Adha, Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, akan dikunjungi penganut ritual mistik. Haji Bawakaraeng nama ritualnya. Para penganutnya percaya, mereka bisa berhaji dari puncak gunung seperti halnya berhaji di Tanah Suci.
Padahal ritual ini bukan termasuk dalam ajaran Islam. Para penganut ritual ini secara berkelompok berdatangan melalui akses Desa Tassoso, Manjannang, dan Lembanna menuju puncak Gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2883 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Safri, warga Kabupaten Gowa mengaku, tradisi penganut keyakinan mistik di Sulawesi Selatan ke Gunung Bawakaraeng jelang Idul Adha bukan lagi hal baru. Melainkan tradisi ini sudah turun temurun bagi masyarakat lokal di Gowa dan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan.
"Mereka datang dari sejumlah daerah kabupaten di Sulsel secara berkelompok pada H-3 jelang Idul Adha dengan membawa sesajian untuk ritual keselamatan, seperti beras ketan, telur, ayam, dan kambing menuju puncak Gunung Bawakaraeng," kata Safri kepada Liputan6.com di Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu (7/9/2016).
Safri, alumni mahasiswa jurusan Sejarah Universitas Negeri Makassar ini mengaku pernah melakukan penelitian pada tahun 2002 terkait historis naik haji di Gunung Bawakaraeng. Menurut Safri, secara harfiah Bawakaraeng artinya Mulut (bawa) Sang Pencipta (karaeng).
"Secara ekologi, gunung ini punya posisi strategis karena jadi sumber penyimpan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai. Dan Gunung Bawakaraeng adalah rangkaian pegunungan pada taman nasional Gunung Lompobattang," kata Safri.
Ada cerita versi lain yang mengatakan, pada masa lampau ada seseorang yang sangat ingin naik haji, lalu dia mendapatkan bisikan untuk mendaki puncak Bawakaraeng sebagai ganti hajinya.
Menyangkut legenda keyakinan pergi haji, cukup dengan mendaki Gunung Bawakaraeng. Kemudian salat Id dan berkurban di atas puncak Bawakaraeng.
Menurut Safri dinamika itu tak ubahnya hanya sebuah wujud pandang kepercayaan lama dan ritual mistik yang dikait-kaitkan dengan Islam. Sehingga sampai saat ini masih banyak orang yang ingin pergi naik haji diatas puncak Bawakaraeng.
"Di sejumlah kawasan ketinggian gunung ini banyak tumpukan batuan gunung besar yang tersusun rapi dan dipercaya penduduk setempat merupakan tempat pemakaman kuno. Dan warga setempat (Gowa) secara turun-temurun sangat menghormati keberadaannya sehingga seringkali ditemukan adanya ritual-ritual khusus sebagai pelestarian tradisi leluhur mereka di Gunung Bawakaraeng," ucap Safri.
Dia mengatakan, kelompok masyarakat yang masih melakukan ritual Haji Bawakaraeng, yakni sebagian penduduk Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, Wajo, Takalar, Bantaeng, Sinjai. Bahkan dari Sulawesi Barat, yakni Mamuju.
"Namun kedatangan mereka di gunung untuk meminta keselamatan, rezeki, dan juga permintaan khusus lainnya kepada Yang Maha Kuasa. Dan mereka naik ke gunung itu untuk sembahyang dan berkurban seperti pada umumnya orang yang lebaran di lapangan terbuka," tutur Safri.
Warga Gowa Percaya Bisa Naik Haji dari Puncak Gunung Ini
Para penganutnya percaya, mereka bisa berhaji dari puncak gunung seperti halnya berhaji di Tanah Suci.
Advertisement