Liputan6.com, Jakarta - Setiap amalan yang dikerjakan tentunya harus dibarengi dengan niat dan keikhlasan. Pahala yang didapatkan dari suatu amalan tergantung niat dalam mengerjakannya, apakah diniatkan semata karena ingin mendapatkan rida Allah atau karena niat yang lain seperti pamer atau untuk mendapatkan pujian dari sesama manusia.
Baca Juga
Advertisement
Diriwayatkan dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda, "Sesungguhnya suatu amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan yang dia niatkan. Barang siapa yang berijrah kepada Allah dan rasulnya, maka dia telah berhijrah kepada Allah dan rasulnya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena kesenangan dunia maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya."
Salah satu amalan yang akan dijalani oleh umat Islam adalah puasa ramadan. Dalam menjalankan ibadah puasa ramadan, niat memiliki batas waktu untuk dikerjakan.
Tertulis dalam hadis riwayat Abu Daud, Nabi bersabda," Barang siapa yang tidak niat puasa sebelum waktu fajar, maka tidak ada puasa baginya." Hadist ini menunjukkan bahwa puasa harus diniati di dalam hati sebelum waktu fajar.
Sementara itu, tidak ada ayat maupun hadis yang meriwayatkan untuk melafalkan niat puasa untuk diucapkan. Niat cukup diucapkan di dalam hati dan diucapkan setiap kali hendak melaksanakan ibadah puasa ramadan.
Adapun lafal niat puasa ramadan yaitu, "Nawaitu shouma ghodin an adaa-I fardhu syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta aala yang artinya saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadan karena Allah Ta’ala."