Liputan6.com, Tegal - Ekspor sarung tenun hasil produksi perajin di kawasan pantai utara (pantura) barat Jawa Tengah, meningkat drastis sejak tiga tahun terakhir. Pemesanan sarung tenun khas Tegal, misalnya, tiga bulan menjelang bulan Ramadan hingga kini meningkat cukup signifikan.
Di salah satu perusahaan pembuatan sarung khas Tegal, penjualan bahkan meningkat hingga 300 persen. "Alhamdulillah, awal tahun 2017 ini hingga bulan Ramadan penjualan paling tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ucap Direktur PT Asaputex Jaya, Jamaludin Ali Alkatiri, kepada Liputan6.com seperti ditulis, Senin, 5 Juni 2017.
Menurut dia, perajin sarung tenun di wilayah pantura lainnya seperti Pekalongan, Batang, Pemalang, dan Tegal, juga kebanjiran permintaan ekspor sangat tinggi.
Saat bulan Ramadan, Jamal mengungkapkan, penjualan sarung tenun biasanya hanya mencapai 5.000 kodi per bulan. Namun pada bulan Ramadan tahun ini, penjualan meningkat menjadi 10 ribu kodi per bulan.
Baca Juga
Jamal menyebutkan, permintaan sarung tenun buatannya tak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari berbagai negara di Timur Tengah. Misalnya, Yaman, Yordania, Bahrain, Oman, dan Qatar.
Saat ini, kata dia, perusahaannya sedang menggarap pasar baru di dua negara di Afrika, yakni Ethiopia dan Djibouti.
"Jadi persentasenya 60 persen produk dipasarkan di tingkat lokal, seperti Medan, Jakarta, Aceh, Lombok, Banjarmasin. Kami juga menyuplai sarung ke puluhan toko di wilayah Tegal dan sekitarnya. Nah, sisanya ke pasar internasional," ia menjelaskan.
Ia mengaku bersyukur dengan kondisi pasar ekspor sarung tenun yang kini menunjukkan perubahan peningkatan cukup signifikan. Padahal, tiga tahun belakangan ini permintaan pasar sempat lesu dan cenderung menurun. Pihaknya bahkan sempat menurunkan jumlah produksinya.
"Tahun 2017 ini menjadi tahun emas bagi produsen sarung tenun lokal. Selain mampu bersaing di pasar lokal, juga permintaan ekspor meningkat signifikan," kata dia.
Advertisement
Sarung Celana Jadi Tren
Penjualan sarung tenun khas pantura memang laris manis di pasar lokal maupun luar negeri. Menurut Jamal, saking banyaknya pesanan, pihaknya sempat kewalahan untuk tahap pengemasan dan dan finishing.
Demi memenuhi pesanan tersebut, Jamal memberikan jam kerja tambahan atau lembur bagi sebagian karyawannya. Dia juga menambah 20 persen karyawan agar bisa mencapai target penjualan.
"Ya, jadi istilahnya karyawan pocokan (borongan). Karyawan sini yang punya keluarga kakak adik yang senggang bantu-bantu di sini," kata Jamal.
Dari berbagai motif produk yang dijual, motif balian atau tegalan yang paling laris diburu para pembeli. Menurut dia, motif balian seperti, Balian Istambul, Toraja, atau Balian Kairo.
"Coraknya perpaduan palekat, songket, dan kembang. Satu motif bisa lima item, itu bisa terserap semua," tutur dia.
Selain itu, lanjut Jamal, model yang saat ini laris dan digandrungi adalah sarung model celana. Sedangkan model sarung yang memiliki pangsa pasar kaum muda ini banjir pesanan karena pemakaiannya yang praktis.
"Jadi kalau dikenakan dari depan terlihat pakai sarung, dari belakang tampak pakai celana. Sarung celana ini juga dipakai beberapa ustaz muda, termasuk Ustaz Solmed dan beberapa artis lainnya," kata dia.
Harga sarung tenun khas Tegal buatan Jamal, dibanderol harga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, tergantung jenis dan bahan.
Supaya dapat bersaing dengan produksi sarung tenun lainnya di pasaran, sejumlah inovasi dilakukan seperti mengeluarkan desain sarung baru setiap tahunya. "Sampai saat ini, lebih dari 20 jenis desain sarung berbeda-beda yang sudah kami pasarkan," Jamal memungkasi.
Â
Advertisement