Liputan6.com, Jakarta - Meskipun Arab terkenal sebagai negara Islam, namun tidak semua yang tinggal di Saudi juga beragama Islam. Salah satunya adalah Rita Walsh, seorang dosen universitas Irlandia yang berbasis di Jeddah dan Farmborough, seorang fotografer asal Inggris yang tinggal di Riyadh.
Baca Juga
Advertisement
Ekspatriat atau warga negara asing yang tinggal di Arab menuturkan kesannya tinggal di negara Islam terutama saat Ramadan. Dari hiasan warna-warni untuk pertemuan berbuka puasa dan jam kerja berkurang, Ramadan hadir dengan getaran berbeda yang dia amati sebagai waktu yang menarik sepanjang tahun.
"Atmosfernya indah sekali," ucap Walsh.
Hari kerja lebih pendek dan malam lebih lama dan lebih semarak dari biasanya. Pasar buka sampai dini hari, menjual makanan dan permen tradisional.
"Semua orang senang setelah berbuka puasa. Dan aku pernah mengunjungi teman Muslim untuk berbuka puasa. Ini adalah saat yang sangat menyenangkan tahun ini", kata Walsh kepada Arab News.
Ini adalah Ramadan kedua Walsh di Jeddah. "Tak ada yang sulit. Ini hanya soal penyesuaian", kata Walsh, mengacu pada perubahan jam kerja.
Selain itu, memberikan makanan kepada orang-orang di jalanan sekitar waktu buka puasa adalah pemandangan umum di seluruh kerajaan.
Semangat memberi adalah salah satu hal yang menonjol pada Sebastian Farmborough, seorang fotografer Inggris yang tinggal di Riyadh.
"Anda melihat yang terbaik dari diri orang-orang selama bulan Ramadan. Semua orang menyapamu di jalan. Orang lebih banyak berusaha", katanya.
Farmborough menyukai bagaimana orang menghentikan mobil mereka untuk memberi makan ke penyapu jalan dan mereka yang membutuhkan sekitar waktu buka puasa.
"Orang-orang berkeliling dengan makanan mencari orang yang layak menerimanya," katanya.
"Saya bahkan memiliki penyapu jalan menawari saya salah satu makanan buka puasa yang telah diberikannya. Itu benar-benar menyentuh, karena dia jelas tidak memiliki apa-apa," tambah Farmborough.