Liputan6.com, Medan - Pernah mencoba sahur di puncak gunung? Kenapa tidak. Sahur di puncak gunung mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri yang wajib dicoba, khususnya bagi para pendaki dan wisatawan yang suka berlibur ke alam bebas. Sahur yang pasti berbeda dengan lokasi lainnya ini membuat nafsu makan bertambah.
Di Kota Medan, Sumatera Utara, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Studi Konservasi Alam (KSKA) melaksanakan kegiatan sahur di puncak Gunung Sibayak yang terletak di kawasan Kabupaten Karo.
Sibayak berasal dari bahasa Karo yang berarti banyak. Itu sebabnya banyak puncak yang bisa dilihat dari atas gunung dengan ketinggian 2.212 meter dari permukaan laut (mdpl) ini.
Seorang anggota KSKA Abdul Gafur Simatupang mengatakan, ada banyak akses masuk (jalur pendakian) bagi para wisatawan untuk menuju ke puncak Gunung Sibayak. Bisa dari Desa Semangat Gunung (pemandian air panas lau debu-debu), dari Berastagi, dari penatapan (Km 54), dari Sibolangit, juga bisa dari Desa Barak Kancil di Kabupaten Langkat.
Baca Juga
Advertisement
"Semua jalur tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, dengan jarak dan waktu tempuh yang berbeda pula," kata Gafur kepada Liputan6.com, Minggu, 11 Juni 2017.
Karena sedang menjalankan ibadah puasa, Gafur bersama rekan-rekannya di KSKA memilih jalan via Desa Semangat Gunung. Akses via desa ini merupakan yang termudah.
Dengan kata lain, tidak membutuhkan waktu tempuh yang lama, jarak tempuh yang tidak jauh dan tingkat kesulitannya yang mudah/kecil pula. Jalur itu sangat cocok bagi para pemula.
"Dari Medan, kami menggunakan sepeda motor menuju pos pendakian yang berada di Desa Semangat Gunung, selama 2,5 sampai 3 jam. Setelah sampai di pos pendakian, kami menitipkan sepeda motor lalu bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari pos pendakian ke puncak membutuhkan waktu dari 45 menit sampai 1,5 jam," terangnya.
Gafur dan rekan-rekannya yang berjumlah tujuh orang tiba di puncak Gunung Sibayak pada pukul 02.30 WIB. Mereka langsung membangun tenda dan menyiapkan makanan sahur.
"Setelah memasak, kami mulai menyantap makanan dengan lahap sambil menahan dinginnya udara sejuk ala puncak gunung," katanya.
Seusai sahur, mereka menunaikan salat Subuh berjemaah, selanjutnya menikmati indahnya atraksi matahari terbit hingga membangkitkan rasa takjub yang luar biasa akan kebesaran Sang Pencipta.
"Rasa takjub tersebut menjadikan kami orang-orang yang selalu percaya kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan selalu mendekatkan diri dengan-Nya," ucap Gafur.
Â