Liputan6.com, Jakarta Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat hingga kuliner. Tak pelak, seperti saat momen Lebaran atau Idul Fitri. Setiap daerah memiliki makanan atau kue khas untuk menu sajian saat Lebaran.
Selain keluarga inti, sajian ini akan dinikmati sanak saudara atau tamu yang datang bersilaturahmi.
Bahkan beberapa kue tersebut, kini langka di masyarakat. Kue ini hanya ada di momen tertentu. Simak kue khas Lebaran dari 2 daerah yakni Jambi dan Sulawesi Selatan. Apa saja?
Kue Kembang Durian dari Jambi
Baca Juga
Warga di Jambi, memiliki kue langka yang ada hanya saat Lebaran yakni kue Kembang Durian. Oleh sejumlah warga, kue berbahan tepung beras ketan dan santan kelapa ini diyakini berasal dari Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Tepatnya dari sebuah desa bernama Desa Terusan.
"Diberi nama Kembang Durian karena kue ini mirip kembang durian. Oleh warga juga biasa disebut kue cepak kapung," ujar Rida (40), warga Bagan Pete, Kota Jambi yang berasal dari Kabupaten Batanghari.
Menurut Rida, kue Kembang Durian merupakan menu makanan yang diwariskan sejak turun-temurun. Perempuan dengan tiga anak ini bahkan tidak tahu kapan pastinya kue ini mulai dibuat. Yang ia tahu, kue tersebut hanya ada dan dibuat saat Lebaran saja.
"Dari saya kecil, orangtua dan nenek saya sudah buat kue ini setiap Lebaran tiba," ucap dia.
Selain tepung ketan dan santan kelapa, bahan lain kue ini adalah tepung terigu. Lalu ada gula merah, telur dan pandan yang berfungsi sebagai bahan isian dalam kue.
Setelah dicampur menjadi adonan, kue yang masih mentah kemudian dicetak menggunakan wadah kecil hampir mirip gelas mini. Lalu kue dikukus hingga kenyal dan matang. Proses pembuatan hingga dikukus cukup memakan waktu sekitar tiga sampai empat jam.
"Rasanya manis gula jawa, kenyal bercampur wangi pandan. Enak pokoknya, bikin adem suasana Lebaran," ujar Rida.
Setiap menjelang Lebaran, beberapa gerai atau toko kue juga menjual kue langka ini. Harganya cukup bersahabat, antara Rp 5 ribu-10 ribu per kotak dengan isi beragam.
Advertisement
Bajabo Ikan dari Sulawesi Selatan
Ada yang khas dari kuliner Lebaran atau Idul Fitri di Sulawesi Selatan (Sulsel). Satu di antaranya keberadaan abon ikan yang biasanya digandengkan dengan buras.
Abon ikan yang dikenal dengan nama Bajabo Ikan itu biasanya dapat dijumpai di meja makan masyarakat Bugis ketika Lebaran tiba. Terutama di Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone.
"Bajabo Ikan merupakan alternatif ketika bosan menyantap daging. Bajabo sangat cocok disandingkan dengan buras," ucap Normasita, warga Desa Tammate, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulsel, Minggu, 25 Juni 2017.
Ia mengatakan, membuat Bajabo Ikan khas Bugis tidak terlalu sulit, sebab bahannya mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional pada umumnya.
Menurut Normasita, jenis ikan yang merupakan bahan utama dari Bajabo Ikan khas Bugis yang sering digunakan, yakni ikan tuna atau ikan layang. Bahan lainnya adalah santan kental dari sebuah kelapa yang agak tua, sebatang sereh, bawang putih, bawang merah, merica, kunyit, jahe, gula pasir, cabai rawit, garam, dan bumbu penyedap.
Dalam proses pembuatannya, menurut Sita sapaan akrab Normasita, pertama-tama ikan tuna atau ikan layang dikukus hingga matang. Setelah itu, ikan yang sudah matang tersebut disuwir hingga daging dan tulangnya berpisah.
Setelah daging ikan telah dipisahkan dari tulangnya, langkah selanjutnya daging ikan itu diulek hingga halus tergantung keinginan.
"Kemudian daging ikan yang sudah diulek halus dicampur dengan santan, sereh serta bahan lainnya yang juga telah dihaluskan. Selanjutnya dipanaskan dalam wajan menggunakan api kecil," Sita menerangkan.
Selama proses pemasakan, imbuh Sita, abon ikan tersebut diusahakan terus diaduk hingga airnya habis dan bajabonya kering. Setelah kering silakan diangkat dari perapian dan siap disajikan sebagai lauk hidangan Lebaran.
Simak video menarik berikut ini:
Advertisement