Sukses

Jelang Puncak Haji, Ini Pesan Khatib Masjidil Haram

Tampil sebagai imam dan khatib Masjidil Haram pada pelaksanaan salat Jumat adalah Syekh Shalih Alu Thalib.

Liputan6.com, Mekah - Jumat, 25 Agustus 2017, adalah pelaksanaan salat Jumat terakhir jelang puncak haji Arafah, Muzdalifah, Mina (Armina) yang dimulai pada Kamis, 31 Agustus mendatang.

Jemaah haji dari berbagai negara tumpah ruah di Masjidil Haram. Kepadatan sudah terlihat sejak pukul 09.00 waktu Arab Saudi.

Pantauan Liputan6.com, pihak Keamanan Khusus Haji dan Umrah yang ditugaskan di sekitar masjid sudah memasang portal di beberapa pintu masuk, seperti Gerbang Marwah, Bab Ali, King Abdul Aziz, dan King Fahd.

Tim Media Center Haji (MCH) bersama rombongan Amirul Hajj yang sekaligus Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, berkesempatan menunaikan salat Jumat di Masjidil Haram.

Akibat padatnya Masjidil Haram, rombongan akhirnya masuk melewati pintu Masjid Abdullah, yang termasuk wilayah megaproyek perluasan masjid--untuk beriktikaf di lantai tiga.

Sepanjang tim MCH 2017 dan rombongan Amirul Hajj berjalan, jemaah haji telah memadati tiap sudut Masjidil Haram. Kemungkinan mereka datang sejak pagi atau mengingap di masjid.

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Keistimewaan Mekah

Tampil sebagai imam dan khatib pada pelaksanaan salat Jumat hari ini adalah Syekh Shalih Alu Thalib. Dalam khutbahnya, dia menyampaikan beberapa pesan penting kepada para jemaah haji dari berbagai penjuru dunia.

Pesan tersebut antara lain, Syekh Shalih menyampaikan sambutan hangat kepada para jemaah haji.

Dia juga mengingatkan keutamaan dan keistimewaan Mekah, lokasi Masjidil Haram berada, dan tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Serta lokasi turunnya wahyu yang menjadi titik tolak kebangkitan umat Islam.

"Di sinilah rukun Islam kelima ditunaikan dan semoga kedatangan semua jemaah haji diberkahi," kata Syekh Shalih.

Menurut Shalih, haji adalah ibadah totalitas yang menghapus dosa, menampilkan syiar dan simbol persatuan, menjunjung kehormatan dan keindahan, serta memupuk kebersamaan dengan bersama-sama melantunkan talbiyah.

Berhaji, kata Shalih, mengajarkan umat Islam meninggalkan angkara murka, nafsu duniawi, dan kecintaan terhadap materi. Dia pun mengutip Surah al-Hajj ayat ke-28:

"Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka, dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan, atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak."

Berhaji, kata Syekh Shalih, adalah memenuhi sunah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Maka, sambutlah keutamaan berhaji. Dengan mengutip sabda Rasulullah SAW, "Mereka yang berhaji lalu tanpa disertai dengan perbuatan keji dan fasik, dia akan dihapus dosanya, seperti bayi yang terlahir kembali."

Syekh Shalih juga mengingatkan jemaah haji memperbanyak amal ibadah, berzikir, bertahmid, beristighfar, membaca Alquran, dan berselawat selama berada di Tanah Suci. Musim haji adalah momentum memperbanyak kebaikan.

Terpenting, kata Shalih, memperbanyak doa selama di Tanah Suci. Berdoalah sewaktu wukuf di Padang Arafah, berdoalah di Muzdalifah, dan berdoalah di tiap habis melempar jumrah.

3 dari 3 halaman

Simbol Persatuan dan Belajar Sejarah

Dalam khutbahnya, Syekh Shalih juga mengingatkan jemaah haji tentang pesan dan subtansi haji, sebagai simbol persatuan umat Islam.

Menurut Syekh, jemaah datang dari berbagai suku, etnis, dan negara bersama-sama melaksanakan manasik, berjamaah membaca talbiyah dan mengenyampingkan perbedaan.

"Begitu indahnya perkumpulan jemaah haji ini," ucap dia.

Shalih mengajak jemaah haji untuk kembali mempelajari sejarah Islam. Ketidaktahuan sejarah adalah salah satu faktor penyebab mudahnya pertikaian di antara umat Islam muncul.

Pada pengujung khutbahnya, selain mengajak kembali kepada ajaran Alquran dan sunah, Shalih juga mengingkatkan jemaah tetap menjaga kesehatan, saling menghargai sesama, tidak saling mendorong, dan menjaga perilaku.

"Otoritas Arab Saudi akan memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah haji," tandas Syekh Shalih.

 

Â