Bintang.com, Jakarta Puasa di negeri sendiri sudah biasa, Dwiki Dharmawan punya pengalaman unik menjalankan ibadah puasa di luar negeri. Mulai dari Republik Ceko, Inggris, Jerman, sampai Amerika Serikat. Semua dilakukan dalam rangka tugasnya sebagai musisi yang menjadi duta bangsa. Di setiap negara punya keunikan masing-masing saat bulan Ramadan di mana dia sebagai muslim harus menjalan ibadah puasa.
Meski berat berpuasa di negeri orang, namun suami penyanyi Ita Purnamasari ini tetap konsisten. "Saya pernah mengalami pengalaman berpuasa di Praha, Cekoslowakia waktu itu summer, terus di Los Angeles dan Las Vegas, Nevada, USA saat summer. Saya juga pernah puasa di London, Inggris saat Winter. Dan saya pernah juga berpuasa di Frankfurt, Jerman saat summer," katanya kepada Bintang.com yang menghubunginya belum lama berselang.
Advertisement
Baca Juga
- 35 Tahun Bermusik, Dwiki Dharmawan Terima Penghargaan dari Wapres
Jalani Puasa di Inggris, Adipati Dolken Merasa Tertantang
- Dwiki Dharmawan Siap Bawa Keroncong ke Kancah Internasional
Seperti apa pengalaman yang dilakoni Dwiki di negara-negara tersebut. Yuk kita urai satu demi satu.
Â
1. Praha, Republik Ceko
Di negara pecahan Cekoslowakia ini Dwiki melawat ke kota Praha. "Saat itu musim Panas 2016, kebetulan saya sedang ada sesi rekaman dengan Czech Symphony Orchestra untuk mengerjakan proyek musik orkestra," katanya.
Rentang waktu yang panjang antara terbitnya matahari hingga terbenam matahari membuat durasi puasa di negeri ini lebih panjang dari di negara tropis seperti di Indonesia. "Waktu itu kami berbuka puasa adalah sekitar jam 22:30 waktu setempat, sedangkan waktu subuh adalah sekitar jam 04:00," ungkap Dwiki yang disertai anak dan istri ke Republik Ceko.
Bukan hanya karena durasi puasa yang panjang yang menjadi cobaan Dwiki Dharmawan melewati Ramadan di Praha, suhu udara yang amat tinggi. "Saat itu suhu sekitar 34 derajat celcius, sangat kering dan panas. Dan di tengah-tengah kita berpuasa, perempuan Ceko banyak yang berpakaian sengat minim, karena saking panasnya cuaca," kata Dwiki mengungkap cobaan lain yang berat baginya saat berpuasa.
2. Frankfurt, Jerman
Dwiki berada di Frankfurt saat musim panas yang menyengat tahun 2010 yang bertepatan dengan bulan Ramadan. "Saya di Jerman dalam rangka Frankfurt Museum Fair 2010. Saya berangkat dengan rombongan seni budaya dari Bandung, dari team angklung, gamelan, penari dan musik modern," katanya.
Dwiki dan team kesenian Indonesia harus tampil di Anjungan Indonesia selama 1 minggu penuh. Setiap hari 2 kali tampil. "Itu acara tahunan besar-besaran yang diselenggarakan di sepanjang tepi Sungai Rhein," katanya.
Hotel tempat dia menginap letaknya tepat di sebelah Frankfurt Central Station. "Jadi setiap jam 03:00 dini hari kami team kesenian beramai ramai ke Central Station untuk makan sahur. Nah yang halal hanya ada kedai kebab. Jadilah selama seminggu tiap hari kami sahur dengan kebab, karena resto yang lain yang buka 24 jam di Central Station itu menyediakan makanan tidak halal," ungkapnya.
"Siang hari saya rasakan panas menyengat, suhu saat itu sampai hampir 36-38 C. Hampir-hampir enggak tahan dengan haus. Juga karena panasnya perempuan-perempuan di sana lalu lalang dengan hit pants yang mini banget dan pakaian atas yang minim hehehe. Ini ujian buat kita yang berpuasa hehehe," lanjutnya.
Â
Advertisement
3.London, Inggris
Dwiki Dharmawan sempat berada di Inggris di tahun 1990. Kala musim Dingin dan bertepatan dengan bulan puasa di London. "Seingat saya saat itu bulan Januari atau Februari atau itu suhu di London -4 derajat celcius sampai dengan 5 derajat celcius. Saat saya di sana sempat ada badai salju," katanya.
Saat itu, kata Dwiki, buka puasanya agak normal, pada jam 19:00-an waktu setempat. "Saat itu saya tinggal di apartemen bersama beberapa teman dari Indonesia. Cuaca dingin cepat membuat lapar dan selalu ingin minum teh hangat atau coklat hangat," lanjutnya.
Di London buat Dwiki, termasuk mudah untuk mendapatkan moslem groceries atau supermarket halal. Karena di sana banyak imigran Pakistan atau India yang Muslim. "Jadi saya belanja keperluan bahan makanan dan stock di kulkas mulai daging, bumbu, ikan, dll. Beras asal Thailand dan Vietnam juga mudah didapat," katanya.
Dia bersama 3 orang teman sekamar. "Saya didapuk teman-teman untuk menjadi koki sahur dan buka puasa. Kami urunan belanja bahan makanan," kata Dwiki yang tetap bisa menjalankan shalat tarawih yang diselenggarakan KBRI di London. Kalau pas kebetulan, kadang-kadang penceramahnya ada yang orang Indonesia.
Â
Apa saja yang dimasak Dwiki saat di London? "Karena hobby masak juga, saya suka masak soup buntut, ayam rica-rica, ikan dan tempe atau tahu goreng, kentang balado dan lain lain termasuk kudapan penutup seperti pisang goreng dan martabak," ungkapnya.
Setelah dimasak, dimakan beramai ramai bersama tiga teman sekamarnya. "Stock buka puasa dihangatkan lagi untuk sahur berikutnya jadi sekali masak buat buka dan sahur. Nah kalau lagi malas memasak KBRI jadi andalan. Soalnya di sana juga menyesiakan makanan berbuka puasa. Sekalian shalat maghrib berjamaah di sana," kenangnya.
Â
4. Los Angeles dan Las Vegas-Nevada, USA
Selain di benua Eropa, Dwiki juga pernah merasakan puasa di benua Amerika. Ia pernah berpuasa saat berada di Los Angeles dan Las Vegas-Nevada, Amerika Serikat. "Saya pernah puasa saat musim panas di Amerika Serikat kalo enggak salah tahun 1991, di Nevada State. Cuacanaya panas sekali, suhu hampir 45 derajat celcius," akunya.
Keberadaan Dwiki di kota itu karena ikut workshop Film Scoring di USC Los Angeles dan sempat jalan-jalan ke Las Vegas. "Saya jalan-jalan saat weekend. Jadi setelah selesai workshop baru jalan-jalan," katanya. Cobaan terberat menurut Dwiki adalah cuaca yang amat panas. Namun tekadnya untuk menjalankan ibadah puasa mengalahkan cuaya yang terik.
Itulah sebagian pengalaman Dwiki Dharmawan menjalankan ibadah puasa di manca negara.
Advertisement