Liputan6.com, Jakarta Bahrul Ulum (66) sedang bekerja mengecat replika ketupat di rumah produksinya di Jalan Raya Kuta, nomor 67, Kecamatan Kuta, Badung, Bali, Senin (21/5). Pria paru baya asal Surabaya, Jawa Timur ini sudah 10 tahun menekuni pekerjaan advertising dan air brush di rumah produksinya yang dinamakan 'Warna-Warna'. Bahrul menceritakan, bahwa awal ide membuat replika ketupat tersebut dari coba-coba, kemudian ada yang tertarik untuk membeli.
"Saya coba-coba saja, bikin ketupat untuk Idul Fitri yang cocok untuk di Bali, ini laku apa tidak. Saat selesai, saya gantung di depan rumah dan dalam tempo 15 hari, ternyata permintaan banyak," ucapnya sambil tertawa.
Setelah banyak pesanan, Bahrul pun tak hanya membuat ketupat, namun juga pernak-pernik Idul Fitri lainnya seperti beduk dan lampion kuba masjid. Bahan bakunya berasa; daro spon.
Advertisement
"Iya saya kerjakan sendiri, mulai dari membuatnya sampai mengecat. Kalau pesanan banyak dibantu anak saya, karena dia juga terampil," imbuhnya.
Menurut Bahrul, untuk pembuatan replika sangat mudah dan cepat. Dalam satu hari, Bahrul mengaku bisa menyelesaikan replika 50 ketupat dan 7 beduk. Untuk kisaran harga, tergantung dari ukuran.
"Kalau ketupat itu ukuran paling kecil itu bisa Rp 50 ribu, dan beduk sampi lampion bisa sampai Rp 250 ribu dan 350 ribu itu paling kecil. Kalau yang besar beda lagi harganya," jelasnya.
Bahrul mengaku, selama Ramadan sudah banyak pesanan yang diterima. Sudah tujuh perusahaan yang memesan.
"Kalau sekarang orderan, masih via telpon masih proses dan pasti Beli. Ada mal, bank, bandara, hotel-hotel dan memang dibutuhkan. Dalam seminggu ini yang pesan sudah tujuh perusahaan. Biasanya mereka komplet belinya tidak hanya ketupat saja," tuturnya. [cob]
Sumber: MerdekaÂ
Reporter:Â Moh. Kadafi