Liputan6.com, Denpasar - Masjid Baiturrahman, Kampung Jawa, Wanasari, Kota Denpasar, Bali, menggelar Takjil dan Salat Tarawih selama bulan puasa Ramadan yang mirip tradisi takjil dan tarawih ala Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi.
"Setiap hari ada 200-300 bungkus nasi untuk takjil yang kami bagikan kepada jemaah dan musafir (orang yang bepergian atau dalam perjalanan) yang singgah ke masjid ini," kata koordinator takjil Masjid Baiturrahman, Abdul Hakim, di Denpasar, Selasa (22/5/2018), dilansir Antara.
Ia menjelaskan nasi bungkus itu merupakan sumbangan warga sekitar masjid yang juga jemaah masjid. Nilainya berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per bungkus.
Advertisement
"Karena ada yang pakai lauk telur dan ada juga yang pakai ayam. Tradisi seperti ini sudah lama di masjid ini," katanya.
Baca Juga
Menurut dia, sumbangan nasi atau kue untuk takjil yang berdatangan dari masyarakat setempat dan jemaah itu mirip di Masjidil Haram yang memang menampung sumbangan takjil dari masyarakat berbagai penjuru untuk bersedekah selama puasa.
"Selain nasi, di masjid ini juga banyak sumbangan kue kering atau kue basah serta minuman takjil seperti es yang disumbangkan warga atau jemaah masjid, karena itu semuanya kami tampung dalam meja khusus di luar masjid sehingga jemaah masjid yang datang tinggal mengambilnya," katanya.
Saat menikmati nasi dan minuman takjil pun diatur seperti di Masjidil Haram, yakni diatur berjajar dengan taplak atau karpet yang memanjang. Kemudian, nasi dan minuman takjil ditata secara memanjang pula, sehingga jemaah tinggal duduk sambil menunggu tibanya waktu berbuka puasa, lalu berdoa bersama menjelang berbuka bersama itu.
Â
Â
Salat Tarawih
Senada dengan itu, Ketua Umum Yayasan Masjid Baiturrahman, Wanasari, Denpasar, Junaidi menjelaskan Salat Tarawih di Masjid Baiturrahman yang berlantai tiga itu juga dilaksanakan seperti di Masjidil Haram, yakni 20 rakaat tarawih dan tiga rakaat witir.
"Kalau pertengahan juga pakai qunut seperti di Masjidil Haram. Kami juga meniru bacaan ayat-ayat suci Alquran di Masjidil Haram yang setiap harinya khatam satu juz, sehingga waktu yang diperlukan sekitar 75 menit atau satu jam lebih 15 menit, tapi selisihnya juga tidak jauh dari masjid lain yang rata-rata 45 menit," katanya.
Untuk itu, pihak yayasan selalu mendatangkan hafiz (orang yang hafal Alquran) pada setiap Ramadan, tapi juga hafiz yang suaranya merdu. "Karena itu, jemaah masjid di lantai pertama selalu penuh dan jamaah juga berdatangan dari lokasi yang jauh," katanya.
Ia menambahkan tata cara berbuka dan salat Tarawih yang semarak seperti di Masjidil Haram itu akan dipertahankan terus untuk menunjukkan kebanggaan menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
"Nabi menjamin siapa yang bangga dengan datangnya Ramadan, maka kulitnya akan bebas atau tidak tersentuh api neraka, karena itu tradisi yang ada akan kami pertahankan terus untuk menyemarakkan datangnya puasa Ramadan," katanya.
Selain itu, halaman luar masjid juga dipadati masyarakat Wanasari yang berjualan nasi, kue, lauk, dan sebagainya, sehingga suasana di sekitar masjid pada setiap sore hingga datangnya waktu berbuka akan menjadi "Bazar Ramadan" Masjid Baiturrahman.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement