Jakarta Ramadan adalah bulannya ibadah. Selain dengan berpuasa, umat Islammenghidupkan malam-malam sepanjang Ramadan, salah satunya dengan sholat Tarawih.
Tetapi, kerap timbul perdebatan mengenai jumlah rakaat sholat Tarawih yang tepat. Sebagian memandang 20 rakaat yang afdhal, sedangkan sebagian lainnya delapan rakaat.
Itu belum termasuk sholat penutup yaitu witir. Jika dengan witir, maka jadi 23 rakaat atau 11 rakaat. Penganut dua pandangan ini saling berbantahan, sampai pusing jika disimak.
Advertisement
Lantas, mengapa ada pandangan berbeda, padahal sama-sama sholat Tarawih?
Dikutip dari NU Online, sholat Tarawih sebenarnya adalah bagian dari qiyamul lail di bulan Ramadan. Dasarnya adalah hadis riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah Muhammad SAW bersabda,
" Barangsiapa bangun (sholat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu."
Sebenarnya, Rasulullah SAW sendiri tidak memerintahkan umat Islam melaksanakan sholat Tarawih. Rasulullah hanya mencontohkan sholat malam yang dilakukan selama Ramadan.
Sholat Tarawih baru disyariatkan ketika kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA. Pelaksanaannya dari sebelumnya sendiri-sendiri menjadi berjemaah.
Dalam sebuah riwayat Imam Muslim, awalnya Rasulullah SAW sholat di Masjid Nabawi ketika malam bulan Ramadan. Para sahabat yang tahu lantas mengikuti Rasulullah SAW. Lama-lama, makin banyak sahabat yang ikut sholat.
Dua malam setelahnya, Rasulullah SAW kembali sholat di Masjid Nabawi. Malah semakin banyak yang ikut sholat di belakang Rasulullah SAW.
Empat hari kemudian, Rasulullah SAW tidak muncul di Masjid Nabawi. Para sahabat jadi heran, kemudian bertanya kepada Rasulullah suatu pagi.
Rasulullah SAW menjawab, " Sebenarnya tidak ada yang menghambatku untuk turut serta bersama kalian. Hanya saja aku takut nanti hal ini akan menjadi wajib."
Riwayat di atas menjelaskan bagaimana awalnya syariat sholat Tarawih.
Terkait jumlah rakaat, beberapa mazhab fikih tidak banyak berbeda pendapat. Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid menyatakan perbedaan pandangan mengenai jumlah rakaat hanya masalah afdhaliyah, artinya mana yang lebih afdhal.
Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal berpendapat Tarawih paling afdhal sebanyak 20 rakaat. Meski begitu, ada juga yang berpendapat Tarawih itu 36 rakaat.
Sedangkan kalangan yang memandang Tarawih itu delapan rakaat mendasarkan pada hadis berikut.
" Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah, 'Bagaimana sholat NabiMuhammad di bulan Ramadhan?' Aisyah menjawab, 'Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat, sholat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas sholat empat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya, Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan shalat witir? Beliau menjawab, " Mataku tidur, tapi hatiku tidak."
Perbedaan yang terjadi mengenai jumlah rakaat sholat Tarawih lebih disebabkan perbedaan cara pandang dalam memaknai hadis. Yang patut diketahui, tidak ada hadis Rasulullah SAW yang secara tegas menyebut jumlah rakaat sholat Tarawih.
Sumber: Dream.co.id