Liputan6.com, Cilacap - Rancak lagu kebangsaan dan lambang cinta tanah air Nahdliyin, "Yalal Wathan" menggema di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Cigaru, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Satu demi satu 1.000 obor dinyalakan nyaris serentak.
Lantas, mars kebangsaan Yalal Wathan berganti menjadi lagu atau puji-pujian "Allahummaj'alna Bil Quran", sebuah lagu ajakan untuk membaca, memahami, dan menjadikan Alquran sebagai sandaran peri kehidupan.
Secara serentak, sembari berselawat, santri pun mengangkat obor-obor itu dengan khidmat. Seribuan obor itu adalah lambang datangnya sinar keilmuan yang ditandai oleh turunnya surah pertama kitab suci Alquran, Iqra, 15 abad lampau di malam Nuzulul Quran.
Advertisement
Baca Juga
Iqra, secara harfiah diartikan sebagai perintah untuk membaca, yang lantas diterjemahkan sebagai perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Umat manusia, muslim khususnya, wajib menuntut ilmu sejak dilahirkan hingga tiba di liang lahat.
Nuzulul Quran adalah lambang berakhirnya masa kegelapan, jahiliiah, dan tibanya masa ilmu pengetahuan atau pencerahan (Renaisance). Tak hanya ilmu agama dan budi pekerti, kaum muslim diwajibkan mempelajari ilmu-ilmu keduniawian, seperti ilmu pengetahuan umum dan teknologi.
Dengan menyalakan obor itu, pemuda dan santri di Majenang, Kabupaten Cilacap memperingati malam Nuzulul Quran bukan hanya sebagai malam diturunkannya kitab suci umat Islam, tapi juga datangnya cahaya ilmu pengetahuan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pesantren Mengombinasikan Pendidikan Agama dan Formal
"Bahwa Allah SWT menurunkan Alquran dengan Surat Iqro. Yang mana, Surat Iqro ini melambangkan ilmu," ucap Taj Yasin Maemun, calon wakil gubernur Jawa Tengah yang juga berasal dari kalangan pesantren, Minggu malam, 3 Juni 2018.
Santri, harus bangkit untuk menggapai ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum atau teknologi sekaligus ilmu agama. Ia pun mendorong agar santri tak hanya mempelajari ilmu agama, melainkan pula ilmu pengetahuan umum yang bisa langsung diterapkan saat sudah kembali ke masyarakat.
Taj dan sejumlah pengasuh pesantren didapuk untuk menyalakan obor pertama kali. Nyala obor itu lantas diikuti oleh ratusan pemuda dan santri yang mengikuti acara ini.
"Menyalakan obor, simbol, bahwa malam ini kita keluar dari masa kebodohan menuju masa keemasan,” dia menerangkan.
Ia pun mengajak agar santri dan umat Islam bangkit. Namun, dia pun menegaskan bangkit tak berarti harus radikal.
Santri, mesti memiliki jiwa cinta tanah air yang besar, ditandai dengan menghormati perbedaan. Islami, bukan berarti menihilkan perbedaan.
Di luar pendidikan pesantren, Yayasan Tsufyan Tsauri menaungi pendidikan mulai tingkat sekolah dasar (SD), SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi.
Kombinasi antara ilmu agama dan umum ini adalah salah satu cara untuk mendidik anak bangsa agar tak hanya menguasai ilmu pengetahuan umum dan teknologi, tetapi juga membekalinya dengan ilmu agama.
Pesantren juga mengembangkan keterampilan atau life skill dengan berbagai kegiatan ekonomi. Di antaranya, peternakan, perikanan, pertanian, dan koperasi.
Advertisement